THE EFFECT OF
SKILL, TEAM WORK AND WORK MOTIVATION
TO COMMITMENT OF
EMPLOYEES
PT. SAMUDRA
RIZKY INDONESIA
ABSTRACT
Organizational
commitment is the nature of the relationship between the individual and the
organization of work, where people have confidence in the values and
objectives of the organization of work. Commitment has a particularly important
role in a person's performance at work, this is due to their commitment to be a
reference and encouragement to make them more responsible for its obligations.
But in reality many organizations or companies are less concerned about the
commitment of employees and their performance less than the maximum. The
purpose of this study is to describe the effect of skill, teamwork, and work
motivation on commitment of employees PT. Samudra Rizky Indonesia, to examine
and analyze the effect of simultaneous and partial skills, teamwork, and work
motivation on commitment of employees PT. Samudra Rizky Indonesia.
This type of
research is explanatory research, the research aims to test a theory or
hypothesis to strengthen or even reject the theory or hypothesis of existing
research results. The population in this study were all employees of PT.
Samudra Rizky Indonesia totaling 89, were all selected as sample. Analysis of
data using multiple linear regression analysis using SPSS 19.0.
The results
showed that the skills, teamwork, motivation, and commitment of employees PT.
Samudra Rizky Indonesia can be summed up well, it is based on the assessment
category of respondents on the variables that are in both categories.
Simultaneously, skill, teamwork, and motivation have significant influence on
the commitment of employees of PT. Samudra Rizky Indonesia. Based on the
analysis of data using the F test, it is known that the value of F arithmetic
amounted to 19.124 with a significance level of 0.000 (less than 0.05), which
means that together skills, teamwork, and motivation significantly influence commitment
of employees PT. Samudra Rizky Indonesia. Partially, skill, teamwork, and
motivation have significant influence on the commitment of employees of PT.
Samudra Rizky Indonesia. Evidenced by the t value of each independent variable
that has a significance value less than or greater than 0.05. So it can be
concluded that each independent variable individually significant effect on the
dependent variable.
Keywords: Skill,
Teamwork, Motivation Work, Organizational Commitment
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Komitmen Organisasi
a. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi
menjadi hal penting bagi sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidup
sebuah organisasinya. Komitmen menunjukkan hasrat karyawan sebuah perusahaan
untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi perusahaan (Amilin
dan Rosita, 2008:15). Terdapat beberapa pengertian komitmen menurut para ahli.
Robbins dan Judge (2007:235) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan
dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya
untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.
Mathis dan Jackson
(dalam Sopiah, 2008:155) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajad
dimana karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap
tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya). Menurut Mowday dalam Sopiah (2008:155) komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen
organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang
dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai
anggota organisasi. Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan
keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen
organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian
tujuan organisasi.
Kuntjoro (2009:261)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan
terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik
mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang
pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi
merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai,
dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari
sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan
kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan
organisasi demi pencapaian tujuan.
Komitmen terhadap organisasi artinya
lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai
organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi
bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini,
dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi,
keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan
organisasi. Komitmen organisasi itu sendiri memiliki dasar yang
berbeda-beda secara psikologis. Untuk itu perlu meneliti komitmen organisasi
dengan menggunakan pendekatan secara multidimensional.
Allen & Meyer
(1991) melakukan penelitian secara multidimensional tentang komitmen
organisasi. Ia mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kondisi psikologis
yang menunjukkan karakteristik hubungan antara pekerja dengan organisasi dan
mempunyai pengaruh dalam keputusan untuk tetap melanjutkan keanggotaannya di
dalam organisasi tersebut. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung
jawab seseorang dalam menjalankan tugasnya. Mempersoalkan komitmen sama dengan
mempersoalkan tanggung jawab, dengan demikian, ukuran komitmen seorang pimpinan
yang dalam hal ini adalah kepala sekolah adalah terkait dengan pendelegasian
wewenang (empowerment). Dalam konsep ini pimpinan dihadapkan
pada komitmen untuk mempercayakan tugas dan tanggung jawab ke bawahan.
Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen untuk meningkatkan kompetensi diri.
Dari beberapa definisi yang
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan suatu ikatan
psikologis karyawan pada organisasi ditandai dengan adanya kepercayaan dan
penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi,
kemauan untuk
mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, dan keinginan
yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi.
b. Komponen Komitmen
Organisasi
Menurut Elen dan Meyer
sebagaimana dikutip Sopiah (2008:165) terdapat tiga komponen dalam komitmen
organisasi, yaitu:
1. Komponen
affective
Komponen
ini menunjukkan kelekatan emosional pekerja,
mengidentifikasikan dirinya dan menunjukkan keterlibatannya di dalam organisasi
tersebut. Dimana pekerja yang memiliki komponen afektif yang tinggi melanjutkan
keanggotaannya ke dalam organiasi karena memang hal itulah yang mereka inginkan
untuk tetap berada di organisasi.
2. Komponen
continuance
Komponen ini menunjukkan kesadaran tentang kerugian
yang dihadapi seorang pekerja bila dia meninggalkan pekerjaannya. Pekerja yang
mau tetap berada di organisasi berdasar komponen continuance karena memang mereka membutuhkan organisasi.
3. Komponen
normative
Komponen ini mencerminkan perasaan tentang kewajiban
untuk tetap bekerja di organisasi. Pekerja dengan komponen normatif yang tinggi
merasa mereka harus tetap berada di organisasi.
c.
Menciptakan Komitmen
Menurut Martin dan
Nicholas (dalam Kurniasari, 2004:132) ada tiga pilar yang membentuk komitmen
organisasi. Ketiga pilar itu adalah:
1. Adanya perasaan
menjadi bagian dari organisasi (a sense of belonging to the organization).
Untuk mencapai rasa memiliki tersebut, maka salah satu pihak dalam manajemen
harus mampu membuat pekerja: a. Mampu mengidentifikasi dirinya terhadap
organisasi. b. Merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya/ pekerjaannya adalah
berharga bagi organissi tersebut. c. Merasa nyaman dengan organisasi tersebut.
d. Merasa mendapatkan dukungan yang penuh dari organisasi dalam bentuk misi
yang jelas (apa yang direncanakan untuk dilakukan), nilainilai yang ada (apa
yang diyakini sebagai hal yang penting oleh manajemen) dan norma-norma yang
berlaku (cara-cara berperilaku yang bisa diterima oleh organisasi). 2. Perasaan
bergairah terhadap pekerjaan (a sense of excaitement in the job) Perasaan
seperti ini bisa dimunculkan dengan cara: a. Mengenali faktor-faktor motivasi
instrinsik dalam mengatur desain pekerjaan (job design). b. Kualitas
kepemimpinan c. Kemauan dari manajer dan supervisor untuk mengenali bahwa
motivasi dan komitmen karyawan bisa meningkat jika ada perhatian yang terus menerus,
memberi delegasi atas wewenang serta memberi kesempatan serta ruang yang cukup
bagi karyawan untuk menggunakan keterampilan dan keahliannya secara maksimal.
3. Pentingnya rasa memiliki (ownership) Rasa memiliki bisa muncul jika pekerja
merasa bahwa mereka benar-benar diterima menjadi bagian atau kunci penting dari
organisasi. Konsep penting dari ownership akan meluas dalam bentuk partisipasi
dalam membuat keputusan-keputusan dan mengubah praktek kerja, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi keterlibatan pekerja. Jika pekerja merasa dirinya
dilibatkan dalam membuat keputusan dan jika mereka merasa idenya didengar serta
kontribusi yang ada pada hasil yang dicapai, maka mereka akan cendrung menerima
keputusan-keputusan atau perubahan-perubahan yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan mereka merasa dilibatkan, bukan karena dipaksa.
d.
Indikator Pengukuran Komitmen
Moyday seperti dikutip
Sopiah (2008:165), mengembangkan suatu skala untuk mengukur komitmen karyawan
terhadap organisasi, yang merupakan penjabaran dari tiga aspek komitmen, yaitu penerimaan
terhadap tujuan organisasi; keinginan untuk bekerja keras; hasrat untuk
bertahan menjadi bagian dari organisasi. Sedangkan menurut Meyer et. al dalam
Sopiah (2008:165) menjelaskan enam item yang digunakan untuk mengukur komitmen
karyawan pada organisasi, yaitu:
1. Affective commitment
a) Saya
akan senang menghabiskan sisa karir saya di organisasi ini.
b) Saya
benar-benar merasakan bahwa seakan-akan masalah di organisasi ini adalah
masalah saya.
2. Continuance commitment
a) Sekarang
ini tetap bertahan menjadi anggota organisasi adalah sebuah hal yang sesuai
dengan keinginan saya.
b) Sangat
berat saya untuk meninggalkan organisasi ini.
3. Normative commitment
a) Saya
merasa tidak bisa meninggalkan atasan saya saat ini.
b) Saya
merasa tidak tepat meninggalkan organisasi saat ini, bahkan bila hal itu
menguntungkan.
2.1.2. Skill
a.
Pengertian Skill
Skill adalah keahlian atau
ketrampilan seseorang yang tercermin dari seberapa baik seseorang dalam
melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik, seperti mengoperasikan suatu
peralatan, berkomunikasi efektif atau mengimplementasi-kan suatu strategi
bisnis. Yuniarsih dan Suwatno (2008:156) menjelaskan bahwa skill merupakan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental.
Skill atau ketrampilan menurut
Rentz et.al (2002:217) mencerminkan kemampuan karyawan menyeleksi terhadap
berbagai macam teknik pendekatan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga
dengan skill yang baik seorang karyawan akan lebih mudah menyelesaikan tugas
dengan hasil yang optimal. Skill merupakan kecakapan yang berhubungan dengan
tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam menghadapi tugas-tugas yang bersifat
teknis atau non-teknis.
Dari beberapa
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketrampilan adalah kecakapan
atau kemampuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan dan hanya
dapat diperoleh melalui praktek, baik latihan maupun melalui pengalaman.
Pada dasarnya ketrampilan
merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat ketrampilan
yang berbeda tergantung pada kemampuan dan pengalamannya. Ketrampilan kerja
memiliki manfaat yang besar bagi individu, perusahaan dan masyarakat. Bagi
individu kterampilan kerja dapat meningkatkan prestasinya sehingga memperoleh
balas jasa yang sesuai deangan prestasinya. Ketrampilan karyawan menurut
Wahyudi (2002:33) adalah kecakapan untuk melakukan suatu pekerjaan yang hanya
diperoleh dalam praktek.
Ketrampilan merupakan
hal yang harus dimiliki setiap karyawan karena ketrampilan adalah kecakapan, kemampuan,
kecekatan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya maupun tugas yang
diberikan perusahaan. Tolak ukur ketrampilan kerja tidak ada yang mutlak. Oleh
karena itu tingkat ketrampilan kerja karyawan dapat ditentukan oleh dua faktor
yaitu kecakapan dan pengalaman. Kedua faktor diatas dapat dikatakan sebagai tolak
ukur dalam menentukan tingkat ketrampilan kerja yang dimiliki oleh seseorang. Jadi
kecakapan dan pengalaman merupakan hal yang membentuk ketrampilan seseorang.
b.
Jenis-Jenis Skill
Katz yang dikutip oleh
Silalahi (2002:56) mengidentifikan tipe-tipe dasar skill sebagai berikut:
1.
Ketrampilan teknik
Ketrampilan
teknik merupakan kompetensi spesifik untuk melaksanakan tugas atau kemampuan
menggunakan teknik-teknik, alat-alat, prosedur-prosedur dan pengetahuan tentang
lapangan yang dispesialisasi secara benar dan tepat dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Ketrampilan
administratif
Ketrampilan
administratif merupakan kemampuan untuk mengurus, mengatur, dan mencatat
informasi tentang pelaksanaan dan hasil yang dicapai serta berbagai
hambatan-hambatan yang dialami maupun kemampuan mengikuti kebijakan dan
prosedur.
3. Ketrampilan
hubungan manusia
Ketrampilan
hubungan manusia adalah kemampuan untuk memahami dan memotivasi orang lain,
sebagai individu atau dalam kelompok. Kemampuan ini berhubungan dengan kemapuan
menyeleksi karyawan, menciptakan dan membina hubungan yang baik, memahami orang
lain, memberi motivasi dan bimbingan dan mempengaruhi para pekerja, naik secara
individual atau kelompok.
4.
Ketrampilan konseptual
Ketrampilan
konseptual adalah kemampuan mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua
kepentingan-kepentingan aktivitas-aktivitas perusahaan atau kemampuan mental
mendapatkan, menganalisa, dan interpretasi informasi yang diterima dari
berbagai sumber. Ini mencakup kemampuan melihat perusahaan sebagai suatu
keseluruhan, memahami bagaimana bagian-bagian tergantung pada yang lain, dan
mengantisipasi bagaimana suatu perubahan dalam tiap bagian akan mempengaruhi
keseluruhan, kemampuan melihat gambaran keorganisasian secara keseluruhan
dengan pengintegrasian dan pengkoordinasian sejumlah sejumlah besar
aktivitas-aktivitas merupakan ketrampilan konseptual.
5. Ketrampilan
diagnostik
Ketrampilan
diagnostik berhubungan dengan kemampuan untuk menentukan melalui analisa dan
pengujian hakekat dari suatu kondisi khusus. Singkatnya ketrampilan diagnostik
dapat dimaknakan sebagai kemampuan secara cepat mendapatkan sebab yang benar
dari suatu tertentu melalui satu data yang simpangsiur, observasi dan
fakta-fakta.
Ketrampilan kerja
menurut Wahyudi (2002:33) dapat dikelompokkan tiga kategori, yaitu sebagai
berikut:
1)
Ketrampilan mental, seperti analisa,
membuat keputusan, menghitung, meghafal.
2)
Ketrampilan fisik, seperti ketrampilan
yang berhubungan dengan pekerjaannya sendiri.
3)
Ketrampilan sosial, yaitu seperti dapat
mempengaruhi orang lain, berpidato, dan lain-lain.
c.
Indikator Skill
Keterampilan kerja karyawan dalam konteks ini dapat diukur dengan
beberapa indikator seperti berikut:
1.
Kemampuan
menentukan cara menyelesaikan tugas/pekerjaan.
2.
Kemampuan
menentukan prosedur terbaik dalam melaksanakan tugas/ pekerjaan.
3.
Kemampuan
menyelesaikan tugas dengan baik.
4.
Kemampuan
menentukan ukuran/volume tugas terbaik yang dapat diselesaikan.
5.
Kemampuan
menentukan ukuran kualitas tugas/pekerjaan terbaik yang dapat diselesaikan.
6.
Kemampuan
memprediksi hasil pelaksanaan tugas/pekerjaan.
Karyawan yang mempunyai
skill atau ketrampilan diharapkan memiliki kecakapan, kemampuan, kecekatan
dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diberikan perusahaan kepadanya.
2.1.3. Teamwork
a.
Pengertian teamwork
Team work merupakan kegiatan
yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu
organisasi (Tracy, 2006:223). Teamwork dapat meningkatkan kerja sama dan
komunikasi di dalam dan di antara bagianbagian perusahaan. Biasanya teamwork
beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan
kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Dewi (2007:152) kerja tim
(teamwork) adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan
dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang
berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi
saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau
menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya
melebihi jika dikerjakan secara perorangan.
Team work atau kerja
tim dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara
bagian-bagian perusahaan. Biasanya kerja tim beranggotakan orang-orang yang
memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Sehingga kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja dalam kelompok
yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang
yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama
dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk
mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan kerja
tim diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan.
Pelaksanaan kerja tim
secara efektif akan berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Oleh karena itu kerja tim harus dikelola dengan baik agar tetap
solid. Kerja tim yang solid akan memudahkan manajemen dalam mendelegasikan
tugas-tugas organisasi. Namun demikian untuk membentuk sebuah tim yang solid
dibutuhkan komitmen yang tinggi dari manajemen. Hal terpenting adalah bahwa
teamwork harus dilihat sebagai suatu sumber daya yang harus dikembangkan dan
dibina sama seperti sumber daya lain yang ada dalam perusahaan. Kerja tim
merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan
dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain itu ketrampilan
dan pengetahuan yang beraneka ragam yang dimiliki oleh anggota kelompok juga
merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika
dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.
b.
Tahap Perkembangan Teamwork
Hal yang sanagt mendasar
dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat berkinerja dan berdaya guna
adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik. pentingnya perancangan tim
yang baik diuraikan Griffin (2004:273) dengan membagi ke dalam empat tahap
perkembangan, yaitu:
1. Pembentukan
(forming)
Adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk
bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang
membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik sangat
jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada
anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin
(kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
2. Merebut
hati (storming)
Adalah tahapan
di mana kekacauan
mulai timbul di
dalam tim. Pemimpin
yang telah dipilih seringkali dipertanyakan
kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang
dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena
masalahmasalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat masing-masing.
Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau
lagi menjadi pendengar.
3. Pengaturan
norma (norming)
Adalah tahapan di mana individu-individu dan
subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan
berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar). Karena
semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim.
4. Pelaksanaan
(performing)
Adalah tahapan merupakan titik kulminasi di mana
team sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat bekerja
secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat
dari prestasi yang ditunjukkan.
c.
Indikator Teamwork
Berdasarkan berbagai
definsi teamwork yang telah diuraikan sebelumnya maka indikator-indikator
teamwork adalah:
1. Kepemimpinan
partisipatif, yaitu terciptanya kebebasan dengan mendorong, memberikan
kebebasan memimpin dan melayani orang lain.
2. Tanggung
jawab yang dibagikan, yaitu terciptanya lingkungan yang menjadikan anggota tim
merasa bertanggung jawab seperti tanggung jawab seorang manajer dalam
pelaksanaan unit kerja.
3. Penyamaan
tujuan, yaitu memiliki rasa tujuan yang sama sebagaimana dalam tujuan awal dan
fungsi pembentukan tim.
4. Komunikasi
yang intensif, yaitu terciptanya iklim kepercayaan dan komunikasi yang terbuka
serta jujur.
5. Fokus
pada masa yang akan datang, yaitu adanya perubahan sebagai sebuah kesempatan
untuk berkembang.
6. Fokus
pada tugas, yaitu terciptanya fokus perhatian anggota tim pada tugas-tugas yang
dilaksanakan.
7. Pengerahan
bakat, yaitu adanya perubahan rintangan-rintangan secara kreatif menjadi daya
cipta dan penerapan bakat serta kemampuan individu.
8. Tanggapan
yang cepat, yaitu adanya pengidentifikasian dan pelaksanaan setiap respon
secara cepat.
2.1.4. Motivasi Kerja
a.
Pengertian Motivasi Kerja
Pada dasarnya sebuah
organisasi atau perusahaan bukan saja mengharapkan para karyawannya yang mampu,
cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Oleh karena itu motivasi
kerja sangat penting dan dibutuhkan untuk mencapai produktivitas kerja yang
tinggi, sehingga tujuan daripada perusahaan dapat tercapai. Karyawan dapat
bekerja dengan produktivitas tinggi karena dorongan motivasi kerja.
Motivasi berasal dari
kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi
mempersoalkan bagaimana dapat memberikan dorongan kepada pengikutnya atau
bawahan, agar dapat bekerja semaksimal mungkin atau bekerja bersungguh-sungguh.
Motivasi berasal dari kata “motif”. Menurut Sardiman (2007:73) mengemukakan
bahwa: “kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan didalam sebjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saatsaat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk menjadi tujuan sangat
dirasakan/mendesak”.
Menurut Hasibuan
(2006:219) “bahwa motivasi adalah pemberian daya pengerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”. Seseorang
yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja.
Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja
individual. Dengan demikian motivasi berarti pemberian motif, penimbulan motif
atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Dapat juga dikatakan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk
bertindak dengan cara tertentu.
Sardiman (2007:73)
mendefinisikan motivasi sebagai berikut: “Motivasi juga dapat dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi
motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh didalam diri seseorang”.
Motivasi kerja
merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat
pada suatu organisasi atau lembaga. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan
hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi
semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang. Jika
harapan itu dapat menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan
semangat kerjanya. Tetapi sebaliknya jika harapan itu tidak tercapai akibatnya
seseorang cenderung menjadi malas.
Berdasarkan pembahasan
tentang berbagai pengertian motivasi, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
kerja melingkupi beberapa komponen yaitu: 1) Kebutuhan, hal ini terjadi bila
seseorang individu merasa tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan
yang diharapkan. 2) Dorongan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk
melakukan perbuatan atau kegiatan tertentu. 3) Tujuan, tujuan merupakan hal
yang ingin dicapai oleh individu.
b.
Jenis-Jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi
dapat dikelompokan menjadi dua jenis menurut Hasibuan (2006:233), yaitu: 1)
Motivasi positif, manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja
bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang
baik-baik saja. 2) Motivasi negatif, manajer memotivasi bawahannya dengan
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi
rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu
pendek akan meningkat, karena takut hukuman. Penggunaan kedua motivasi tersebut
haruslah diterapkan kepada siapa dan kapan agar berjalan efektif merangsang
gairah bawahan dalam bekerja.
c.
Tujuan dan Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai
tujuan sebagaimana dalam Hasibuan (2006:97) mengungkapkan bahwa:
1)
Mendorong gairah dan semangat kerja
karyawan
2)
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja
karyawan
3)
Meningkatkan produktivitas kerja
karyawan
4)
Mempertahankan loyalitas dan kestabilan
karyawan perusahaan
5)
Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan
tingkat absensi karyawan
6)
Mengefektifkan pengadaan karyawan
7)
Menciptakan suasanan dan hubungan kerja
yang baik
8)
Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi
karyawan
9)
Meningkatkan tingkat kesejahteraan
karyawan
10) Mempertinggi
rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas tugasnya
11) Meningkatkan
efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Menurut Sardiman
(2007:85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang akan dikerjakan.
2)
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah
tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3)
Menyelesaikan perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
d. Indikator Motivasi Kerja
Menurut Sedarmayanti
(2007:233-239) terdapat beberapa indikator motivasi kerja, yaitu:
1.
Gaji
Bagi
karyawan gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi kebutuhan pokok bagi setiap
karyawan juga dimaksudkan untuk menjadi daya dorong bagi karyawan agar dapat
bekerja dengan penuh semangat.
2.
Supervisi
Tanggung
jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan
mengkoordinasikan sistem kerja pada unit kerjanya secara efektif. Supervisor
mengkoordinasikan sistem kerjanya itu dalam tiga hal penting yaitu melakukan
dengan memberi petunjuk/pengarahan; memantau proses pelaksanaan pekerjaan; dan
menilai hasil dari sistem kerja yang diikuti dengan melakukan umpan balik (feed back). Dengan supervisi yang baik
maka diharapkan motivasi karyawan semakin meningkat.
3.
Kebijakan dan administrasi
Melalui
pendekatan manajemen partisipasif, bawahan tidak lagi dipandang sebagai objek,
melainkan sebagai subjek. Dengan komunikasi dua arah akan terjadi komunikasi
antar pribadi sehingga berbagai kebijakan yang diambil dalam perusahaan bukan
hanya merupakan keinginan dari pimpinan saja tetapi merupakan kesepakatan dari
semua anggota perusahaan.
4.
Hubungan kerja
Untuk
dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh suasana kerja
atau hubungan kerja yang harmonis yaitu terciptanya hubungan yang akrab, penuh
kekeluargaan dan saling mendukung baik hubungan antara sesama karyawan atau
antara karyawan dengan atasan.
5.
Kondisi kerja
Kondisi
kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh peralatan yang memadai
tentu akan membuat karyawan betah untuk bekerja. Dengan kondisi kerja yang
nyaman, karyawan akan merasa aman dan produktif dalam bekerja sehari-hari.
6.
Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan
atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup
menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi karyawan, merupakan faktor
motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk hasil
kerja yang tinggi.
7.
Peluang untuk maju
Setiap
karyawan tentu menghendaki adanya kemajuan atau perubahan dalam pekerjaannya. Setiap
karyawan menginginkan adanya promosi ke jenjang yang lebih tinggi, mendapatkan
peluang untuk meningkatkan pengalamannya dalam bekerja. Peluang bagi
pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat bagi karyawan dalam
bekerja.
8.
Pengakuan atau penghargaan
Pengakuan
terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa
melebihi kepuasan yang bersumber dari pemberian kompensasi. Pengakuan merupakan
kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan maupun lingkungan bekerja.
Seorang karyawan yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan dapat
meningkatkan semangat kerjanya.
9.
Keberhasilan
Setiap
orang tentu menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan/tugas yang
dilaksanakan. Pencapaian prestasi atau keberhasilan dalam melakukan suatu
pekerjaan akan menggerakkan melakukan tugas-tugas berikutnya. Dengan demikian
prestasi yang dicapai dalam pekerjaan akan menimbulkan sikap positif, dan
selalu ingin melakukan pekerjaan dengan baik.
10. Tanggung
jawab
Setiap
karyawan ingin dipercaya memegang tanggung jawab yang lebih besar dari sekedar
apa yang telah diperolehnya. Tanggung jawab bukan saja atas pekerjaan yang
lebih baik, tetapi juga berupa kepercayaan yang diberikan sebagai orang yang
mempunyai potensi.
2.2. Penelitian Terdahulu
Jamaludin Kabalmay,
2014. The Influence of Motivation on
Commitment of Employess at Fisheries Polytechnics of Tual, dalam Asian Journal of Business and Management.
Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa dalam upaya
untuk mencapai kemajuan organisasi, Perikanan Politeknik Tual menemui beberapa
masalah yang berkaitan dengan perilaku karyawan di tujuan meningkatkan karyawan
dan kinerja organisasi. Adanya masalah ini berdampak pada pekerjaan yang tidak
dapat diselesaikan sesuai dengan harapan dan waktu yang ditentukan, sehingga
menjadi penelitian yang sangat penting dari komitmen organisasi melalui
motivasi karyawan. Faktor motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
komitmen karyawan. Semakin tinggi motivasi semakin tinggi komitmen karyawan.
Winda Kusuma Wardhani,
2015. Pengaruh Motivasi Kerja Karyawan
Terhadap Komitmen Organisasional Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel
Intervening, dalam Jurnal
Administrasi Bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
motivasi kerja karyawan terhadap komitmen organisasional dengan kepuasan kerja
sebagai variabel intervening pada PT.ABC Malang. Teori motivasi yang digunakan
adalah teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg yaitu faktor higienis
dan faktor motivator. Metode penelitian ini menggunakan metode explanatory
research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah menyebarkan kuesioner kepada 70 karyawan yang merupakan
karyawan tetap PT.ABC Malang. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan analisis path yang diolah menggunakan IBM SPSS Statistic v.21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja karyawan berpengaruh terhadap
komitmen organisasional melalui kepuasan kerja. Apabila motivasi kerja karyawan
tinggi maka tingkat kepuasan kerja akan tinggi, dan ketika kepuasan kerja
tinggi maka meningkatkan komitmen organisasional.
Wenny Aqwaresa Sari,
2010. Pengaruh Faktor-Faktor Yang
Berkaitan Dengan Karir Terhadap Komitmen Organisasi, dalam DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1)
menganalisis komitmen organisasi petugas di Bakorwil II Surakarta, (2)
menganalisis pengaruh karir terkait faktor-faktor seperti perencanaan karir,
program pengembangan karir, strategi karir, prospek promosi, dan kepuasan karir
terhadap komitmen organisasi di Bakorwil II Surakarta, (3) menganalisis
variabel yang paling dominan pengaruhnya komitmen berorganisasi. Data
penelitian ini dikumpulkan dari semua karyawan Bakorwil II Surakarta. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa Petugas Bakorwil II Surakarta merasa
mempunyai komitmen terhadap organisasi mereka. Implikasi dari penelitian ini
menunjukkan bahwa petugas harus meningkatkan upaya karir masing-masing atau
meningkatkan strategi karir mereka; promosi di Bakorwil II Surakarta ditangani
cukup; petugas yang terlibat dalam memberikan semua peluang untuk promosi;
lembaga memperhatikan hal-hal yang membuat petugas merasa puas seperti kemajuan
karir dan pengembangan keterampilan petugas karena semua bahwa upaya dapat
meningkatkan komitmen organisasi petugas.
Posted by wiwien lindarto
Konsultan olah data & konsultan perpustakaan
083834917307
The King Casino Hotel | Jamul Casino & Spa
BalasHapusThe King Casino Hotel is 토토 set 1 mile south of Jamul Casino, 1 MPRC Blvd, 토토 사이트 홍보 Jamul, Georgia. View https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ map. This casino offers https://sol.edu.kg/ a variety https://jancasino.com/review/merit-casino/ of gaming options including slots,