Kamis, 14 Juni 2012

Organizational Citizenship Behavior (OCB)


Organizational Citizenship Behavior (OCB) diartikan sebagai perilaku-perilaku dari para pekerja yang melebihi yang disyaratkan oleh peran formalnya serta tidak secara langsung dan eksplisit diakui oleh sistem kompensasi/reward yang resmi/formal, dan karenanya memfasilitasi fungsi organisasi (Organ, 1998). OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur di tempat kerja. Perilaku ini menggambarkan “nilai tambah karyawan” dan merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial positif, konstruktif dan bermakna membantu (Aldag dan Rescjhe, 1997).
Organ (1998) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang bebas, tidak terkait langsung atau ekplisit dengan sistem reward dan biasa meningkatkan fungsi efektif organisasi. Organ juga mencatat bahwa OCB merupakan perilaku dan sikap yang menguntungkan organisasi yang tidak bisa ditumbuhkan dengan basis kewajiban peran formal maupun dengan bentuk kontrak atau rekompensasi.
Dari berbagai definisi mengenai OCB yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :
1.      OCB merupakan perilaku atau tindakan yang bebas, yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa, tidak untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kepentingan organisasi
2.      OCB merupakan perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance, tidak diperintahkan secara formal
3.      OCB tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward yang formal.
Lebih lanjut Alison (2001) mengemukakan bahwa terdapt lima dimensi primer dari OCB, yaitu :
1.      Altruism, yaitu perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas-tugas yang berkaitan erat dengan operasional organisasi
2.      Civic virtue, yaitu perilaku yang menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi-fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah
3.      Consencientiousness, yaitu perilaku yang berisikan tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standart minimum
4.      Courtesy, yaitu perilaku berbuat baik kepada orang lain dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan
5.      Sportsmanship, yaitu berisi tentang pantangan-pantangan membuat isu-isu yang merusak meskipun merasa jengkel.
Beberapa pengukuran tentang OCB seseorang telah dikembangkan. Skala Morison (1995) merupakan salah satu pengukuran yang sudah disempurnakan dan memiliki kemampuan psikometrik yang baik (Aldag dan Resckhe, 1997). Skala ini mengukur kelima dimensi OCB sebagai berikut :
1.      Dimensi 1 : Altruism
a.       Menggantikan rekan kerja yang tidak masuk atau istirahat
b.      Membantu orang lain yang pekerjaannya overload
c.       Membantu proses orientasi karyawan baru meskipun tidak diminta
d.      Membantu mengerjakan tugas orang lain saat mereka tidak masuk
e.       Meluangkan waktu untuk membantu orang lain berkaitan dengan masalah pekerjaan
f.       Menjadi volunteer untuk mengerjakan sesuatu tanpa diminta
2.      Dimensi 2 : Civic virtue
a.       Menyimpan informasi tentang kejadian-kejadian maupun perubahan dalam organisasi
b.      Mengikuti perubahan dan perkembangan dalam organisasi
c.       Membaca dan mengikuti pengumuman organisasi
d.      Membuat pertimbangan dalam menilai apa yang terbaik bagi organisasi
3.      Dimensi 3 : Consencientiousness
a.       Tiba lebih awal, sehingga siap bekerja pada saat jadwal dimulai
b.      Tepat waktu setiap hari
c.       Berbicara seperlunya dalam percakapan di telepon
d.      Tidak menghabiskan waktu pembicaraan diluar pekerjaan
e.       Datang segera bila dibutuhkan
f.       Tidak mengambil kelebihan waktu meskipun memiliki ekstra 6 hari
4.      Dimensi 4 : Courtesy
a.       Memberikan perhatian terhadap fungsi-fungsi yang membantu image organisasi
b.      Memberikan perhatian terhadap pertemuan-pertemuan yang dianggap penting
c.       Membantu mengatur kebersamaan secara departemental
5.      Dimensi 5 : Sportsmanship
a.       Kemauan untuk bertoleransi tanpa mengeluh atau menahan diri dari aktivitas-aktivitas mengeluh dan mengumpat
b.      Tidak mencari dan menemukan kesalahan dalam organisasi
c.       Tidak membesar-besarkan permasalahan diluar proporsinya.
Tampaknya, para ahli tertarik pada masalah OCB karena perilaku tersebut dianggap sangat penting/vital terhadap fungsi organisasi. Anggapan ini terutama didasarkan atas karya dari Katz (1964), yang menyatakan bahwa organisasi bergantung pada kontribusi dari para karyawan yang bekerja melebihi apa yang semestinya dituntut oleh tugas agar berfungsi secara efektif. Namun demikian, bertolak belakang dengan berbagai kajian yang mengkaji tentang variabel antecedent dari OCB, hanya sedikit para ahli yang telah melakukan investigasi tentang hubungan antara citizenship behavior dengan kinerja organisasi. Lebih lanjut, hanya sedikit karya teoritis yang ada yang menjelaskan mengapa OCB sangat esensial terhadap efektifitas fungsi organisasi, atau bagaimana OCB pada akhirnya bisa berhubungan dengan kinerja organisasi (organizational performance). Dengan demikian, sementara peneliti menyatakan bahwa citizenship behavior meningkatkan efektifitas organisasi karena ia memperlancar mesin dari organisasi, namun basis teoritis yang mendasari pernyataan tersebut masih sangat lemah.


Posted by wiwien lindarto
Konsultan olah data & konsultan perpustakaan
083834917307


Rabu, 13 Juni 2012

Analisis pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perusahaan listrik negara, atau disingkat PLN, adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19, tepatnya tanggal 27 Oktober 1945 dengan nama Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas sebesar 157,5 MW. (www.wikipedia.org/pln).
PLN merupakan satu-satunya perusahaan yang bergerak dibidang ketenagalistrikan. Selama ini, pelanggan PLN mendapat layanan listrik paskabayar, yaitu pelanggan menggunakan energi listrik terlebih dulu dan membayar belakangan, yaitu pada bulan berikutnya. Sebenarnya, listrik paskabayar ini menyisakan berbagai masalah setiap bulannya. PLN harus mencatat meter, menghitung dan menerbitkan rekening yang harus dibayar oleh pelanggan, melakukan penagihan kepada pelanggan yang terlambat atau tidak membayar, dan memutus aliran listrik jika konsumen terlambat atau tidak membayar rekening listrik setelah waktu tertentu.
Mengatasi masalah tersebut, PLN mulai mencari alternative solusi dan pada tahun 2009 PLN mulai menawarkan layanan alternative baru untuk pelanggan, yakni listrik prabayar. Layanan listrik prabayar (LPB) merupakan pelayanan PLN dalam menjual listrik dengan cara pelanggan membayar di awal. Seperti pulsa prabayar yang akrab dikenal dikalangan pengguna handphone. Pelanggan membeli sejumlah nilai tertentu sebelum menggunakan listrik dari PLN.
Layanan LPB diluncurkan untuk menjawab keluhan masyarakat mengenai soal melonjaknya pemakaian listrik, pembacaan meteran yang tidak benar, kedatangan petugas pencatatan meteran yang dianggap mengganggu, juga soal pemadaman listrik akibat pelanggan telat membayar. (www.tabloidnova.com/serba-serbi-listrik-prabayar). Dengan layanan LPB diharapkan dapat mengatasi semua keluhan pelanggan dan mengontrol sendiri pemakaian listriknya.
Namun, penawaran baik dari PLN ini tidak serta merta disambut baik oleh masyarakat. Masih ada sebagian masyarakat yang suka dengan listrik paskabayar, dengan alasan tidak mau terlalu ribet dengan urusan listrik, ingin tahu beres, dan sebagainya. Oleh karena itu pihak PLN harus bekerja ekstra untuk mengenalkan listrik prabayar kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya daerah pedesaan.
Demikian halnya dengan PT PLN (Persero) APJ Madura, harus benar-benar ekstra dalam mengenalkan dan memasarkan kemudahan listrik prabayar kepada masyarakat. Saat ini, target komposisi daya yang disediakan oleh PT PLN (Persero) APJ Madura untuk pemasangan baru adalah sebanyak 32.650 rumah. Tapi dalam pelaksanaannya, pencapaian pemasangan listrik prabayar melampaui 1.720 rumah. Jadi total pemasangan baru istrik prabayar adalah 34.370 rumah.
Data PT PLN (Persero) APJ Madura menyebutkan bahwa total pelanggan listrik saat ini adalah sebanyak 485.000 rumah. Dikurangi 34.370 rumah pelanggan baru yang sudah memasang listrik prabayar, berarti masih ada 450.430 pelanggan lama yang menggunakan listrik paskabayar. Hal inilah yang menjadi tugas PT PLN (Persero) APJ Madura untuk mengalihkan para pelanggan lama tersebut untuk pindah dari listrik paskabayar menuju listrik prabayar. Lebih tepatnya, PT PLN (Persero) APJ Madura harus melakukan kegiatan pemasaran yang mengena di masyarakat dalam memasarkan produk listrik prabayar.
Kegiatan pemasaran umumnya memfokuskan diri pada produk, penetapan harga, kebijakan ditribusi, dan cara promosi yang dalam hal ini dikenal sebagai bauran pemasaran. Setelah perusahaan memutuskan strategi pemasaran kompetitifnya secara keseluruhan, perusahaan harus mulai menyiapkan perencanaan bauran pemasaran yang rinci, yang selanjutnya dipahami sebagai bauran pemasaran.
Pengertian bauran pemasaran menurut Kotler & Armstrong adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Kombinasi dari strategi produk, harga, promosi, dan distribusi dalam mencapai tujuan pemasaran dinamakan “Marketing Mix” yang dikenal dengan strategi 4P (Product, Price, Promotion, and Placement) dalam pemasaran merupakan alat bagi produsen untuk mempengaruhi konsumen.
Menurut Rismiati dan Suratno dalam bukunya Pemasaran Barang dan Jasa disebutkan tentang pengertian marketing mix adalah sebagai kombinasi dari empat kegiatan perusahaan, yakni produk, struktur harga, sstem distribusi, dan kegiatan promosi. Salah satu indikator berhasil tidaknya suatu aktifitas pemasaran dari suatu produk dapat dilihat dari besar kecilnya volume penjualan yang dicapai perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode berikutnya. Umumnya bila volume penjualan yang diperoleh rendah maka keuntungannya akan rendah pula. Hal ini mempunyai korelasi berbanding lurus antara volume penjualan dengan pendapatan sebuah perusahaan. Dan jika volume penjualan semakin lama semakin meningkat terus, maka merupakan indikasi keberhasilan perusaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kali ini penulis ingin meneliti dengan judul Analisis pengaruh produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura. Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan tempat. Namun dalam implementasinya penulis hanya menggunakan variabel produk, harga, dan promosi, dan tidak menggunakan variabel tempat. Alasan tidak mencantumkan variabel tempat adalah karena PLN merupakan satu-satunya perusahaan penyedia listrik, jadi dimanapun tempat atau keberadaannya selalu menjadi tujuan utama pelanggan listrik.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah :
1.      Apakah produk, harga, dan promosi secara simultan mempengaruhi keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura?
2.      Apakah produk, harga, dan promosi secara parsial mempengaruhi keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitiannya adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh simultan produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura.
2.      Untuk mengetahui pengaruh parsial produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura

1.4. Tujuan Penelitian
1.      Bagi penulis
Bisa mengaplikasikan berbagai teori pemasaran yang telah diperoleh selama masa studi pascasarjana.
2.      Bagi PLN
Bisa menjadi masukan pihak perusahaan dalam melakukan tinjauan berbagai kebijakan mengenai listrik prabayar.
3.      Bagi lembaga pendidikan
Sebagai masukan dan tambahan wawasan teori dan pengetahuan mengenai berbagai hal pemasaran dan listrik prabayar.
4.      Bagi pembaca
Sebagai masukan, acuan, dan referensi bagi pembaca umumnya, dan khususnya bagi peneliti yang akan datang.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Menurut Assauri (2002) kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Secara definisi, Kotler (2005) menyebutkan bahwa manajemen pemasaran adalah penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju untuk mencapai tujuan perusahaan.
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut "Konsep Pemasaran”.
Dalam menghadapi pasar sasarannya perusahaan memiliki seperangkat alat-alat pemasaran yang sangat berperan untuk memperoleh dampak maximum terhadap pasar. Alat-alat pemasaran tersebut terangkum dalam bauran pemasaran perusahaan.

2.1.2. Bauran Pemasaran
Dalam rangka memuaskan konsumen dalam menikmati hasil produksi perusahaan,maka sudah barang tentu sebuah perusahaan akan melaksanakan evaluasi produk yang diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar. Sesuai dengan hukum alam bahwa produk yang mempunyai keunggulan diatas produk lainnya dengan mengindahkan harga pasar, maka produk tersebut yang akan menguasai pangsa pasar.
Banyak orang berpikir bahwa sebuah produk merupakan tawaran berwujud, namun produk sebenarnya lebih dari itu. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk-produk yang dapat dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properto dan lain sebagainya.
Dalam menentukan kualitas produk atas tingkatan atau hierarki nilai pelanggan. Secara umum ada lima hierarki tingkatan produk yaitu tingkat yang paling mendasar adalah manfaat inti, produk dasar, produk yang diharapkan, produk yang ditingkatkan, calon produk. Tingkatan dasar dalam hierarki nilai pelanggan dalam menilai suatu produk adalah manfaat inti (core benefit) ialah layanan atau manfaatyangsesungguhnya secara mendasar dibeli oleh konsumen dalam hal ini pemasar bertindak sebagai penyedia manfaat. Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product). Pada tingkat ketiga pemasar harus dapat menyiapkan produk yang diharapkan (expected product), hingga dapat meningkatkkan produk menjadi seperti keinginan pelangan (augmented product).
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai strategi peningkatan produk, karena dalam proses peningkatan produk ini maka akan menimbulkan peningkatan biaya. Sama halnya dengan meningkatnya manfaat yang diperoleh konsumen, karena konsumen semakin mempunyai banyak pilihan produk sehingga pemasar harus mengoptimalkan biaya produksi dengan hasilnya.Pada tingkat kelima terdapat calon produk (potential product) yang meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada Masa yang akan datang. Disinilah peran penting perusahan untuk tetap dapat merebut hati konsumen dengan berbagai cara baru untuk memuaskan konsumen dengan berbagai perbedaan daya tawarnya.
Dengan adanya bauran pemasaran serta orientasi terhadap produk maka diharapkan penerapan bauran pemasaran pada industri rumah tangga. Rona ini dapat meningkatkan volume penjualan kripik buah. Sejauh ini perusahaan tersebut sudah mencoba pengembangan pangsa pasarnya dalam manajemen yang sederhana maka jika industri rumah tangga. Rona ini mampu menerapkan ke empat pilar bauran pemasaran ini maka akan tercapai hasil yang lebih maksimal.
Secara definitif,  Kotler (2005) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Alat pemasaran tersebut dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P yaitu: produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Keempat variabel tersebut dapat dikombinasikan dan saling berkaitan satu sama lain sehingga keputusan disatu bagian akan mempengaruhi tindakan dibagian lain, sebagaimana halnya konsep sistem.
1.  Produk
Salah satu komponen bauran pemasaran yang penting adalah produk. Dimana produk ini merupakan hasil dari produksi sebuah perusahaan. Kegiatan pemasaran dikatakan berhasil apabila perusahaan atau penjual mampu membujuk konsumen dan akhirnya konsumen memutuskan dan akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan. Menurut Assauri (2002) produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan untuk digunakan oleh konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan memberikan kepuasan.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Perencana produk harus memikirkan produk pada 3 tingkat :
1.  Produk inti
Jasa untuk memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen, ketika membeli suatu produk. Hal ini didasarkan pada pertanyaan “apa yang sebenarnya dibeli oleh pembeli”?
2.  Produk aktual
Bagian dari produk, yang meliputi tingkat mutu, sifat, rancangan, nama merek, dan pengemasan dan sifat lain yang dibangun untuk memberikan manfaat produk inti.
3.  Produk tambahan
Produk ini bisa berupa pelayanan, servis, dan manfaat lain yang diberikan kepada konsumen disekitar produk inti dan produk actual.
2.  Harga
Dalam bauran pemasaran (marketing mix) harga merupakan faktor penting dalalm menentukan ranah pemasaran yang dialokasikan oleh sebuah perusahaan. Dari keempat faktor yang menentukan marketing mix, harga merupakan satu-satunya unsur yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
Menurut Swastha (2000), harga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Dari pengertian harga tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Hal ini juga harus diperhatikan oleh perusahaan, jika perusahaan menetapkan harga yang tinggi dengan maksud untuk menjadikan barang atau jasa produksinya dalam kategori luxuries, maka harga yang semakin tinggi dapat menjadikan barang itu akan semakin dicari konsumen, akan tetapi akan berbeda jika bidikan barang yang digunakan untuk umum maka harga yang harus digunakanpun menyesuaikan dengan kemampuan pasar. Adapun tujuan penetapan harga adalah :
1.  Bertahan hidup
Jika perusahaan menghadapi persaingan yang gencar, kapasitas produk yang berlebih, atau terus perubahan keinginan konsumen, maka perusahaan dapat menetapakan harga jual yang rendah agar pabrik dapat terus berproduksi dan persediaan bisa berputar. Perusahaan- perusahaan ini akan mampu bertahan hidup dalam bisnisnya sepanjang harga jualnya dapat menutup biaya variabel saja.
2.  Memaksimalkan laba jangka pendek
Kebanyakan perusahaan akan menentukan harga pada tingkat yang nantinya akan menghasilkan keuntungan setinggi-tingginya. Mereka memperkirakan bahwa permintaan dan biaya ada hubungannya dengan tingkat harga sehingga menetapkan tingkat harga tertentu untuk memperoleh keuntungan maksimal dan arus kas. Dalam hal ini, perusahaan lebih menenkankan keuntungan jangka pendek.
3.  Unggul dalam bagian pasar
Perusahaan – perusahaan lain juga berusaha meraih pasar yang dominan. Perusahaan yang memiliki bagian pasar yang dominan akan menikmati struktur biaya yang rendah dan keuntungan jangka panjang yang tinggi. Perusahaan – perusahaan ini berusaha keras agar mendapat bagian pasar terbesar dengan cara menurunkan harga jual serendah mungkin.
4.  Unggul dalam kualitas produk
Suatu perusahaan mungkin berkeinginan menjadi pemimpin dalam hal kualitas produk di pasarnya. Umumnya, perusahaan ini menetapkan harga jual yang lebih tinggi agar bisa menutup biaya penelitian dan pengembanngan dan biaya-biaiya untuk menghasilkan mutu produk yang tinggi.
3.  Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang sangat penting yang dilakukan untuk membuka pangsa pasar yang baru atau memperluas jaringan pemasaran. Sebagaimana Hurriyati mengatakan, promosi merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawrkan perusahaan yang bersangkutan (Hurriyati, 2005:58).
Dalam pemasaran modern, produsen bukan saja bertanggung jawab menciptakan produk yang menarik akan tetapi produsen harus juga dapat berkomunikasi dengan konsumennya yang diharapkan nanti bisa menjadi konsumen tetap. Dalam hal ini diperlukan yang namanya komunikasi pemasaran. Dengan adanya komunikasi pemasaran, seorang produsen tidak akan kehilangan pangsa pasarnya sehingga dapat meningkatkan volume penjualan barang produksinya. Menurut Kotler (2005), ada tiga tingkatan tanggapan khalayak sasaran atas informasi pemasaran yang disampaikan para komunikator pemsaran. Ketiga tingkatan tersebut adalah afektif, kognitif, dan keperilakuan.
Seperti halnya dengan unsur bauran pemasaran yang lain, promosi juga mempunyai kombinasi dalam menunjang pemasaran suatu produk atau jasa. Dalam hal ini kombinasi unsur promosi lebih dikenal dengan promotional mix atau bauran promosi yang meliputi periklanan, personal selling, publisitas dan promosi penjualan.
1.   Periklanan
Periklanan merupakan bentuk presentasi dalam promosi non pribadi tentang ide, barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
2.   Personal selling
Personal selling merupakan presentasi lisan dan percakapan dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
3.   Publisitas
Publisitas merupakan pembritahuan secara komersial di media massa atau sponsor secara non pribadi dengan tujuan untuk mendorong permintaan atas produk, jasa, atau ide perusahaan.
4.   Promosi penjualan
Promosi penjualan merupakan kegiatan pemasaran selain periklanan, personal selling, dan publisitas yang mendorong pembelian barang oleh konsumen. Kegiatan promosi penjualan di antaranya pameran, peragaan, demonstrasi dan sebagainya.
4. Tempat
Dalam kombinasi bauran pemasaran yang mencakup empat komponen pemasaran salah satunya adalah unsur tempat atau dalam beberapa buku banyak disebutkan sebagai aspek distribusi. Hurriyati (2005) menjelaskan untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi, sedangkan untuk produksi jasa place diartikan scbagai tempat pelayanan jasa.
Dalam perekonomian sekarang ini, produsen tidak langsung menjual hasil produksinya ke konsumen. Akan tetapi dalam mengembangkan pangsa pasar, produsen banyak melalui tahapan perantara untuk memMasarkan hasil produksinya.
Beberapa perantara seperti pedagang besar dan pengecer yang membeli dan menjual kembali barang dagangannya disebut pedagang perantara. Selain perantara-perantara itu ada perantara lain guna menunjang pemasaran suatu produk diantaranya makelar, agen penjualan, dan lain sebagainya.
a. Saluran distribusi untuk barang konsumsi
Perantara yang melakukan fungsi penyaluran barang dari tangan konsumen ke tangan konsumen akhir ada tiga macam, yaitu agen, pedagang besar dan pengeer. Ada lima macam kombinasi saluran distribusi barang konsumsi.
1). Saluran distribusi langsung
Saluran distribusi ini disebut sebagai saluran distribusi langsung karena sebagai produsen langsung mendatangi konsumen.
2). Saluran distribusi menggunakan satu perantara
Bentuk saluran distribusi ini menggunakan satu perantara yaitu pengecer besar. Yang dimaksud dengan pengecer besar ini adalah pengecer yang melakukan pembellian pada produsen untuk kemudian menjualnya pada konsumen akhir.
3). Saluran distribusi tradisional
Dalam saluran distribusi semacam ini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada penjual besar saja dan tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja.
4). Saluran agen perantara
Dalam saluran ini, produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada pengecer. Agen yang terlibat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.
5). Saluran agen penyalur
Dalam saluran distribusi ini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama kepada pengecer besar.
b. Saluran distribusi untuk barang produksi
Ada empat macam kombinasi saluran pemasaran untuk kelompok barang industri. Yaitu :
1). Saluran distribusi langsung
2). Saluran distribusi menggunakan satu perantara distributor
3). Saluran penyalur. Saluran distribusi ini dapat dipakai oleh perusahaan dengan pertimbangan bahwa unit penjualannya terlalu kecil.
4). Saluran agen. Saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin memperkenalkan barang baru atau memasuki daerah pemasaran baru.
Penentuan lokasi untuk pemasaran juga mempengaruhi jumlah volume penjualan produk yang dihasilkan sebuah perusahaan. Oleh karenanya, sebuah perusahaan akan mencari lokasi yang strategis untuk digunakan sebagai lokasi produksi maupun lokasi distribusinya. Jika berdasarkan penelitian pasar, telah diketahui daerah-daerah potensial sebagai tempat produk yang dihasilkan perusahaan, maka yang terpenting adalah menentukan daerah-daerah strategis tempat para perantara yang membantu menyalurkan barang hingga sampai ke tangan konsumen.

2.1.3. Keputusan Pelanggan Memilih Listrik Prabayar
1. Perilaku Konsumen
Salah satu tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Hal ini sangat penting bagi seorang manajer pemasaran atau mereka yang berkecimpung dalam bidang pemasaran untuk memahami tentang perilaku konsumen.
Dengan memahamiperilaku konsumen maka perusahaan dapat mengembangkan produk, menentukan harga, menentukan tempat/lokasi, kegiatan pelayanan dan mempromosikan produknya secara lebih baik. Disamping itu pula menentukan kebutuhan dari konsumen yang merasa belum terpenuhi, yang selanjutnya memudahkan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi mengenai cara mengadakan segmentasi pasar
Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Selanjutnya Engel, Blackwell dan Miniard (2001) menyatakan bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalammendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabisi produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk jasa relative sama dengan ketika mengkonsumsi produk yang bersifat bukan jasa. Menurut Lovelock (2002), konsumen juga dihadapkan pada suatu proses memilih, proses ketika terjadi konsumsi, dan proses setelah konsumsi jasa. Berkaitan dengan konsumsi produk atau jasa terdapat 3 (tiga) tahap yang akan dilalui oleh konsumen, yaitu :
1. Tahap sebelum pembelian. Konsumen akan menggali informasi tentang produk serta mendefinisikan tingkat kebutuhannya terhadap produk. Setelah mengidentifikasi kebutuhan dan kemungkinan mencari alternative pilihan terhadap produk maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap beberapa alternative produk yang ditawarkan oleh produsen.
2.  Tahap proses pembelian. Pada tahap ini konsumen telah dan sedang menilai manfaat yang sedang dirasakan dari produk yang dikonsumsi. Produsen telah berupaya mewujudkan keinginan konsumen atau pelanggan tersebut.
3.   Tahap setelah pembelian. Pada tahap ini konsumen telah mengkonsumsi produk, yang dilanjutkan dengan melakukan penilaian tentang manfaat yang dirasakan dari produk tersebut. Jika produk tersebut memberikan manfaat maka akan terjadi proses pembelian kembali. Setidaknya, jika produk tersebut tidak menguntungkan, maka akan mempengaruhi keputusan pembelian berikutnya.

2. Keputusan Pelanggan Memilih
Keputusan pelanggan memilih disini diartikan oleh para ahli sebagai keputusan membeli. Proses keputusan membeli bukan sekedar didasarkan pada berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, melainkan didasarkan pada peranan dalampembelian dan keputusan untuk membeli. Menurut Simamora (2001) bahwa dalam keputusan membeli terdapat 5 (lima) peran, yaitu : pemrakarsa, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli, dan pemakai. Pemrakarsa adalah orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu. Pemberi pengaruh adalah orang yang pandangan atau nasehatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir. Pengambil keputusan adalah orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakh membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan cara bagaimana membeli, dan dimana akan membeli. Pembeli adalah orang yang melakukan pembelian nyata. Pemakai adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.
Menurut Tjiptono (2006) ada 5 (lima) tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu identifikasi kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan evaluasi purnabeli. Setiap konsumen melalui kelima tahap ini untuk setiap pembelian produk/jasa.
1.   Identikasi kebutuhan
Proses pembelian diawali ketika seseorang mendapatkan stimulus (pikiran, tindakan atau motivasi) yang mendorong dirinya untuk mempertimbangkan pembelian barang atau jasa tertentu. Stimulus mempengaruhi kebutuhan seseorang akan produk atau jasa tertentu. Seorang konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli suatu produk atau jasa pada situasi shortage (kebutuhan yang timbul karena konsumen tidak memiliki produk atau jasa tertentu) maupun unfulfilles desire (kebutuhan yang timbul karena ketidakpuasan pelanggan terhadap produk atau jasa saat ini).
2.   Pencarian informasi
Identifikasi masalah atau kebutuhan memerlukan solusi yang biasanya berupa pembelian barang atau jasa. Sebelummemutuskan tipe produk, merek spesifik, dan pemasok yang akan dipilih, konsumen biasanya mengumpulkan berbagai informasi mengenai alternative yang ada. Pencarian informasi bisa dilakukan secara pasif maupun proaktif. Dalam pencarian internal (pasif), konsumen mengakses dan mengandalkan memorinya berkenaan dengan informasi-informasi yang relevan menyangkut produk atau jasa yang sedang dipertimbangkan untuk dibeli. Sedangkan dalam pencarian eksternal (proaktif), konsumen mengumpulkan informasi-informasi baru melalui sumber-sumber lain selain pengalamannya sendiri, misalnya bertanya kepada, membaca koran atau majalah.
3.   Evaluasi alternative
Setelah terkumpulnya berbagai alternative solusi, kemudian mengevaluasi dan menyeleksinya untuk menentukan pilihan akhir. Proses evaluasi bisa sistematis (menggunakan serangkaian langkah formal), bisa pula non-sistematis (memilih secara acak atau semata-mata mengandalkan intuisi). Bagaimana proses evaluasi yang terjadi di dalam diri konsumen hingga sampai pada keputusan membeli? Sebenarnya sulit untuk mengetahuinya sebab kebanyakn konsumen tidak melakukan proses tunggal. Menurut Simamora (2001) bahwa proses evaluasi bisa dijelaskan dengan beberapa asumsi, yaitu :
Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar akan memperlihatkan atribut harga sebagai yang utama. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu disebut brand image. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Misalnya seseorang ingin besarnya gambar dari televisi, maka kepuasan tertinggi akan diperoleh dari televisi dengan ukuran paling besar. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.
4.   Keputusan pembelian
Sejalan dengan evaluasi atas sejumlah alternative, maka konsumen dapat memutuskan apakah produk atau jasa yang akan dibeli atau yang diputuskan untuk tidak dibeli. Jika konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian, maka langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap produk atau jasa tersebut setelah pembelian.
5.   Evaluasi purnabeli
Setelah pilihan dibuat dan produk atau jasa dibeli serta dikonsumsi, evaluasi purnabeli akan berlangsung. Dalam tahap ini, konsumen mungkin mengalami disonansi kognitif (keraguan menyangkut ketepatan keputusan pembelian). Pemasar biasanya berusaha meminimumkan disonasi kognitif pelanggan dengan berbagai strategi, diantaranya melakukan kontak purnabeli dengan pelanggan, menyediakan garansi dan jaminan, dan memperkuat keputusan pelanggan melalui iklan perusahaan.

3. Layanan Listrik Prabayar (LPB)
LPB adalah layanan terbaru dari PLN dengan berbagai kelebihan dalam mengatur penggunaan energi listrik melalui meter elektronik prabayar. Inovasi termutakhir yang berorientasi pada kenyamanan pelanggan ini merupakan wujud penghargaan kepada pelanggan PLN. Lewat prabayar, pelanggan lebih leluasa dalam mengendalikan pemakaian listrik, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.  Dengan Stroom Steer Listrik Prabayar, menggunakan listrik menjadi lebih nyaman dan lebih terkendali. (www.pln.co.id).
Penghitungan KWH Meter LPB sama saja dengan KWH Meter Analog (paskabayar) karena telah melalui tahap standarisasi Tera (tidak lebih mahal) dan harga Rp/kWh Listrik Prabayar sudah diatur dalam TDL 2010 yang dikeluarkan oleh menteri ESDM No. : 07 Tahun 2010. Yang akan menentukan hemat atau boros adalah 100 % perilaku pengunaan peralatan listrik oleh pelanggan. Dengan listrik prabayar, setiap pelanggan bisa mengendalikan sendiri penggunaan listriknya sesuai kebutuhan dan kemampuannya.
Pada sistem prabayar, pelanggan harus mengeluarkan uang atau membayar dulu energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi pelanggan melalui sistem ‘token’ atau stroom. (www.pln.co.id).
MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih bisa dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan demikian, pelanggan bisa lebih mudah mengoptimalkan konsumsi listrik dengan mengatur sendiri jadwal dan jumlah pembelian listrik. Dengan sistem prabayar, pelanggan tidak perlu berurusan dengan pencatatan meter yang bisasanya dilakukan setiap bulan, dan tidak perlu terikat dengan jadual pembayaran listrik bulanan.
Seperti halnya pulsa isi ulang pada telepon seluler, maka pada sistem listrik prabayar, pelanggan juga terlebih dahulu membeli token (voucher listrik isi ulang) yang terdiri dari 20 digit nomor yang bisa diperoleh melalui gerai ATM sejumlah bank atau melalui loket-loket pembayaran tagihan listrik online. Lalu, 20 digit nomor token tadi dimasukkan (diinput) ke dalam kWh Meter khusus yang disebut dengan Meter Prabayar (MPB) dengan bantuan keypad yang sudah tersedia di MPB. Nantinya, lewat layar yang ada di MPB akan tersajikan sejumlah informasi penting yang langsung bisa diketahui dan dibaca oleh pelanggan terkait dengan penggunaan listriknya, seperti :
-          Informasi jumlah energi listrik (kWH) yang dimasukkan
-          Jumlah energi listrik yang sudah terpakai selama ini
-          Jumlah energi listrik yang sedang terpakai saat ini
-          Jumlah energi listrik yang masih tersisa.
Dengan menggunakan listrik prabayar, pelanggan mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu : (www.pln.co.id)
1.      Pelanggan  lebih mudah mengendalikan pemakaian listrik.
Melalui meter elektronik prabayar dapat memantau pemakaian listrik sehari-hari dan setiap saat. Di meter tersebut tertera angka sisa pemakaian kWH terakhir. Bila dirasa boros, pelanggan dapat mengerem pemakaian listriknya.
2.      Pemakaian listrik dapat disesuaikan dengan anggaran belanja.
Dengan nilai voucher bervariasi mulai Rp 20.000,0 sampai dengan Rp 1.000.000,- memberikan keleluasaan bagi pelanggan dalam membeli listrik sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan (lebih terkontrol dalam mengatur anggaran belanja keluarga).
3.      Tidak akan terkena biaya keterlambatan.
Tidak ada lagi biaya tambahan bayar listrik dikarenakan terbebani biaya keterlambatan akibat lupa bayar tagihan listrik.
4.      Privasi lebih terjaga.
Untuk pelanggan yang menginginkan kenyamanan lebih, dengan menggunakan listrik prabayar tidak perlu menunggu dan membukakan pintu untuk petugas pencatatan meter karena meter prabayar secara otomatis mencatat pemakaian listrik pelanggan (akurat dan tidak ada kesalahan pencatatan meter).
5.      Jaringan luas pembelian listrik isi ulang.
Saat ini pembelian voucher listrik prabayar sudah bisa didapatkan di lebih dari 30.00 ATM di seluruh Indonesia. Selain itu bisa juga didapatkan di loket pembayaran listrik online.
6.      Tepat digunakan untuk pelanggan yang memiliki usaha rumah kontrakan dan kos.
Sebagai pemilik rumah atau kamar sewa, pelanggan tidak perlu khawatir lagi dengan tagiah listrik yang tidak dibayar oleh penghuni rumah kontrakan karena pemakaian listrik sudah menjadi tanggung jawab dan sudah disesuaikan dengan kebutuhan penyewa.
Cara mengisi listrik prabayar :
1)     Membeli voucher token di loket penjualan (kantor PLN, kantor pos, bank atau loket lain yang ditunjuk) dengan membawa kartu identitas penggunaan listrik prabayar (bentuk dan tampilannya mirip kartu ATM)
2)     Pelanggan akan mendapatkan 20 digit di struk pembelian token sebagai kode voucher.
3)     Input/memasukkan 20 digit nomor token di meter prabayar melalui keypad yang ada di meter
4)     Meter prabayar akan mengecek dan jika nomor token valid, layar meter menunjukkan nilai kWH sesuai dengan yang dibeli. Jika meter bertuliskan GAGAL, supaya diulangi.
5)     Pulsa pun bertambah, atau jika listrik mati karena pulsa habis, maka langsung menyala.
2.2. Penelitian Terdahulu
1.   Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sepeda Motor Merek Yamaha Mio (Studi Kasus di PT. Alfa Scorpio Medan), Hariadi Ibiyanto, 2008.
      Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga, dan promosi terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. Alfa Scorpio Medan. Tujuan dari penelitian adalah 1) untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga dan promosi terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. Alfa Scorpio, 2) untuk mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. Alfa Scorpio.
      Metode penelitian menggunakan pendekatan survey. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah penelitian menguraikan (explanatory). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang telah memberli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. Alfa Scorpio Medan selama tahun 2007 yang berjumlah 4.109. Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin, sehingga jumlah sampel sebanyak 98 orang.
      Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga, dan promosi berpengaruh sangat signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio. Secara parsial variabel gaya hidup, kelompok acuan, dan harga berpengaruh signifkan terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio. Sedangkan variabel produk dan promosi berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio. Variabel yang dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio adalah variabel harga.
2.   Penerapan Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Produk Kripik Buah Pada Industri Rumah Tangga Rona Kota Batu Malang, Khaerunnisa Tri Darmaningrum, 2010.
      Fokus penelitian ini adalah, pertama penerapan bauran pemasaran pada usaha rumah tangga kripik buah Rona dalam menigkatkan volume penjualan, dan yang kedua adalah peluang dan tantangan apa yang akan dihadapi oleh industri rumah tangga kripik buah Rona. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan bertahap dengan menggunakan langkah-langkah editing, classifying, dan verifying. Setelah melalui tahap pengumpulan dan analisis data temuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan strategi bauran pemasaran kripik buah Rona di desa Torongrejo-Batu belum seluruhnya dilaksanakan. Ini dikarenakan dalam proses pemasarannya masih menggunakan saluran distribusi sederhana. Strategi unsur-unsur 4P yang seharusnya ada masih belum terlalu diterapkan, dikarenakan beberapa faktor diantaranya; kurangnya mesin produksi, pemberian paten merk, dan promosi keluar kota yang masih belum terlaksana. Adapun bauran pemasaran yang belum dapat diterapkan yaitu aspek produk (merk, produk lini dan perijinan nama produk), aspek tempat (saluran pemasaran), aspek promosi (advertising dan public relation), aspek harga (harga yang terlalu tinggi). Dalam hal peningkatan volume penjualan ditentukan tiap periodik dengan perhitungan menjumlah produksi kripik buah yang keluar pada tahun sebelumnya diselisihkan dengan tahun sesudahnya. Jika diterapkan dengan strategi bauran pemasaran, maka peningkatan volume penjualan ini dapat dikatakan berhasil pada aspek produk dan tempat. Penentuan keberhasilan dari aspek produk terlihat dari tetap konsistennya industri mempertahankan citra produk yang mempunyai kualitas tinggi dan dari aspek place, tempat yang dipilih sudah strategis karena berdekatan dengan bahan baku pembuatan kripik buah.
      Dalam penerapan bauran pemasaran untuk meningkatkan volume penjualan dapat ditemukan beberapa faktor yang membantu meningkatkan volume penjualan, yaitu aspek produk (produk yang berkualitas tinggi), aspek tempat (tempat produksi yang mempunyai dua lokasi mempermudah akses bahan pokok ke rumah produksi). Sedangkan untuk aspek harga dan promosi, masih harus ada perbaikan dan peningkatan secara berkala.

2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada rumusan masalah dan berbagai teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian digambarkan sebagai berikut :



 






Gambar 2.1
Kerangka Konseptual


2.3. Hipotesis
1.      Produk, harga, dan promosi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura.
2.      Produk, harga, dan promosi secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura.














BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan jenis penelitian adalah studi kasus yang didukung oleh survey dengan mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan tersusun kepada para responden. Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan fenomena yang terjadi di objek penelitian.

3.2. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
Berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.   Variabel bebas (X)
      Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari :
      -  produk (X1)
      -  harga (X2)  
      -  promosi (X3)
2.   Variabel terikat (Y)
      Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Yang dimaksud variabel terikat adalah keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura.
Agar tidak terjadi kesalahfahaman mengenai pengertian dan definisi masing-masing varibel tersebut, mka akan dijelaskan berikut ini :
1.      Produk (X1) adalah sesuatu yang ditawarkan oleh perusahaan kepada calon konsumennya untuk digunakan, dibeli maupun dimiliki yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Indikator yang digunakan adalah : kualitas, desain, jaminan.
2.      Harga (X2) adalah sejumlah nilai yang diperlukan untuk memperoleh suatu produk. Indikator yang digunakan adalah tingkat harga pasang awal, harga token, biaya rata-rata perbulan.
3.      Promosi (X3) adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan membujuk konsumen untuk membeli produk yang ditawarkannya. Indikator yang digunakan adalah iklan, personal selling, promosi penjualan.
4.      Keputusan pelanggan (Y) adalah sikap atau tindakan yang dilakukan oleh konsumen dalam menentukan pilihan dari beberapa alternative produk yang akan digunakannya. Indikator yang digunakan adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelanggan PT PLN (Persero) APJ Madura, yang menjadi target pasang baru listrik prabayar, yang berjumlah 450.430 orang pelanggan.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mempunyai karakteristik tertentu (Umar, 2005:77).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pelanggan PT PLN (Persero) APJ Madura. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus sederhana dari Slovin (dalam Sevilla, dkk, 2000). Adapun rumus yang dikembang oleh Slovin adalah :

n    =           N
            1 + N (e2)

Dimana :
n    =    jumlah sampel
N   =    jumlah seluruh anggota populasi
e    =    standar error/ tingkat signifikansi
            Sehingga diketahui :
n    =             450.430
            1 + 450.430 (0,102)
     
      =    99
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan rumus Slovin, maka didapatkan hasil bahwa sampel yang diambil adalah 99 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik kuesioner dan teknik dokumentasi.
1.        Teknik kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyediakan sejumlah daftar pertanyaan disertai jawabannya, yang diserahkan kepada sampel penelitian, untuk diisi/dijawab sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hasil kuesioner ini yang nantinya akan diolah dengan program SPSS 16,0 untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2.        Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan studi literatur dan berbagai pustaka mengenai segala hal yang berkaitan dengan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauhmana data tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang diteliti, dengan melihat Corrected Item-Total Correlation seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono dan Wibowo (2004). Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dibandingkan 0,3.
Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6 (Nunnaly, 1969).

2. Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 16,0. Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh produk, harga,dan promosi terhadap keputusan pelanggan memilih listrik prabayar di PT PLN (Persero) APJ Madura, baik secara simultan maupun secara parsial, dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana :                                                 
Y      = keputusan pelanggan
a       = konstanta
b       = koefisien regresi
X1    = produk                                        
X2    = harga                                           
X3    = promosi                                      
e       = standar eror.

3.6. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan, yaitu dengan uji F dan Uji t.
1.      Uji F
Uji F adalah pengujian yang dilakukan untuk membuktikan bahwa variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Hipotesis diterima jika nilai F hitung mempunyai tingkat signifkansi kurang dari 0,05.
2.      Uji t
Uji t adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis diterima jika nilai t hitung masing-masing variabel bebas mempunyai tingkat signifikansi kurang dari 0,05.


Posted by wiwien lindarto
Konsultan olah data & konsultan perpustakaan
083834917307