BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konsentrasi membaca
merupakan sebuah permasalahan yang umum dialami banyak orang, termasuk
anak-anak. Saat membaca, pikiran sering kemana-mana yang mengakibatkan
hilangnya konsentrasi saat membaca. Padahal konsentrasi sangat diperlukan saat
membaca untuk mengetahui apa yang sedang dibaca dan apa tujuan membaca. Membaca
mempunyai manfaat yang sangat banyak. Selain menambah
pengetahuan, membaca
mengajarkan anak sejak dini agar bisa membaca lebih cepat. Sebagian orang beranggapan
terlalu dini untuk membacakan buku pada anak, hanya karena menganggap sang anak
masih belum mengerti apa yang dibacakan untuknya. Padahal di sisi lain, para
ahli menganjurkan pada setiap orangtua untuk mulai membacakan buku sejak sang
anak masih balita bahkan masih di dalam kandungan. Hal yang sepertinya sepele
ternyata sangat berguna bagi perkembangan anak serta menunjang kesuksesannya di
masa depan.
Bagi
anak yang sudah memasuki masa sekolah, manfaat
membaca buku akan berguna untuk menumbuhkan minat bacanya, asalkan sang
anak dilibatkan dalam
proses membaca tersebut secara aktif. Di samping itu, membaca juga akan
menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan daya imajinasi serta meningkatkan
kreativitas sang anak, selain juga akan membantu mereka memahami tata bahasa
dan struktur kalimat yang benar. Hal-hal tersebut akan sangat membantu mereka
dalam masalah akademis di sekolah nantinya.
Flood dan Laap (1981:350)
mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kemampuan membaca pada anak meliputi
: tahap fantasi (magical stage),
tahap pembentukan konsep diri (self
concept stage), tahap membaca gambar (bridging
reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), dan tahap membaca lancar (independent reader stage).
Pada tahap fantasi, anak
mulai menggunakan buku (membaca gambar), mulai berpikir bahwa buku ini penting,
melihat atau membolak-balikkan dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya.
Pada tahap pertama ini orang tua atau guru dapat menunjukkan model/contoh
tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, atau membicarakan buku
pada anak. Pada tahap pembentukan konsep diri, diharapkan orang tua atau guru
memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada buku-buku yang
diketahui anak-anak. Orang tua atau guru hendaknya juga melibatkan anak dalam
membaca berbagai buku. Pada tahap membaca gambar, orang tua dan guru membacakan
sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dann puisi,
juga memberikan kesempatan menulis pada anak sesering mungkin. Pada tahap
pengenalan bacaan, orang tua dan guru masih harus membacakan sesuatu untuk
anak-anak sehingga mendorong anak membaca berbagai situasi. Orang tua dan guru
juga tidak boleh memaksa anak membaca huruf secara sempurna. Pada tahap kelima,
tahap membaca lancar, orang tua dan guru tetap membacakan berbagai jenis buku
pada anak-anak. Tindakan ini diharapkan mendorong anak agar dapat memperbaiki
bacaannya. Membantu menyeleksi bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan
cerita yang berstruktur. (Flood dan Laap, 1981:351-352).
Berdasarkan hasil observasi,
saat ini anak-anak yang belajar di TK Ainur Rochim Surabaya, khususnya Kelompok
B, dinilai masih banyak yang mempunyai kemampuan membaca yang rendah. Diketahui
bahwa sebanyak 61,5% anak masih mempunyai kemampuan membaca yang kurang dan
sangat kurang. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam membaca
adalah konsentrasi yang kurang saat membaca. Anak-anak masih belum sepenuhnya
memusatkan perhatiannya pada guru saat pembelajaran membaca. Tanda-tanda
rendahnya konsentrasi membaca anak antara lain anak sibuk main dengan
imajinasinya sendiri, anak tidak konsentrasi ketika proses pembelajaran, atau
anak suka mengganggu temannya saat berlangsungnya pembelajaran.
Gambaran mengenai hasil penilaian
kemampuan membaca anak kelompok B TK
Ainur Rochim Surabaya dapat penulis sajikan dengan lebih jelas seperti dalam
tabel berikut ini :
Tabel 1.1.
Kemampuan Awal Membaca Kelompok B TK Ainur Rochim
Surabaya
No
|
Responden (Siswa Kel. B)
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
AA
|
K
|
KS = kurang sekali
|
2
|
AB
|
C
|
K = kurang
|
3
|
AC
|
K
|
C = cukup
|
4
|
AD
|
C
|
B = baik
|
5
|
AE
|
K
|
BS = baik sekali
|
6
|
AF
|
K
|
|
7
|
AG
|
K
|
KS = 2 = 15,4%
|
8
|
AH
|
KS
|
K = 6 = 46,1%
|
9
|
AI
|
B
|
C = 3 = 23,1%
|
10
|
AJ
|
C
|
B = 2 = 15,4%
|
11
|
AK
|
K
|
|
12
|
AL
|
B
|
|
13
|
AM
|
KS
|
Sumber : hasil observasi bulan Agustus 2011
Sesuai dengan hasil
observasi sebagaimana tabel di atas, diketahui bahwa lebih dari 50% anak
kelompok B TK Ainur Rochim mempunyai kemampuan membaca masih dibawah rata-rata.
Terdapat 2 orang anak atau 15,4% dinilai kurang sekali, yaitu anak sama sekali
tidak memperhatikan guru dan sibuk dengan imajinasinya sendiri. Terdapat 6 anak
atau 46,1% anak dinilai kurang, yaitu anak duduk dengan baik tapi seringkali
perhatiannya beralih pada teman lainnya, dan kadang-kadang suka mengganggu
teman yang duduk di sampingnya.
Hasil observasi ini mirip
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2010) yang melakukan
penelitian terhadap anak Kelompok B TK Pertiwi Bentangan Wonosari Klaten Tahun
Ajaran 2009/2010). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa hampir semua anak
mempunyai kemampuan membaca yang sangat terbatas, sehingga peneliti mengusulkan
untuk menerapkan “Metode Membaca Cepat Kubaca” untuk meningkatkan kemampuan
membaca anak. Setelah penerapan metode ini, diketahui terjadi perubahan yang
signifikan pada kemampuan membaca anak.
Metode Kubaca, sebagaimana
hasil penelitian Pratiwi (2010), mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
1) Adanya koordinasi antara mata dan mulut. Dengan adanya kontak mata secara
langsung antara anak dan guru, akan membuat anak lebih terarah dan
berkonsentrasi. 2) Melatih daya ingat anak. Anak tidak mudah melupakan apa yang
telah dipelajarinya. 3) Mengajarkan lancar bicara. Dengan kata-kata sehari-hari
yang diajarkan, anak akan merasa mudah mempelajari dan mengulanginya. 4) Memperbanyak
perbendaharaan kata. Memperbanyak kata yang bisa diucapkan anak. 5) Membuat
percaya diri. Mampu membuat anak lebih percaya diri karena merasa mudah dalam
belajar. 6) Dapat menyusun kata menjadi kalimat yang benar dan bermakna.
Misalnya saya minum susu. 7) Dapat membuat cerita dari 40 sampai 50 kata yang
sering didengar dalam percakapan. Dari kata-kata yang diajarkan akan membuat
anak lebih mudah hafal dan mengulangnya dalam bentuk cerita tentang kegiatan
sehari-hari. 8) Memberi anak permulaan lebih awal untuk dapat menyerap ilmu
pengetahuan melalui membaca.
Penerapan metode Kubaca ini
diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar membaca. Konsentrasi
anak yang dimaksud adalah anak tetap fokus pada proses pembelajaran, anak tidak
berlarian atau main sendiri, dan bisa mengikuti kegiatan membaca sebagaimana
yang diinstruksikan oleh guru. Metode Kubaca ini dianggap lebih tepat
diterapkan pada anak TK, khususnya kelompok B karena metode Kubaca tidak
terstruktur seperti membaca dengan mengeja huruf per huruf, tetapi cukup dengan
anak diajak untuk memahami dan menghafalkan huruf dan kata dengan bantuan kartu
kata. Kubaca berpijak pada kesadaran akan kemajemukan kecerdasan anak, terutama
pada masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Mengacu pada keunggulan
metode Kubaca dari hasil penelitian terdahulu dan mencermati kondisi kemampuan
membaca anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan
kelas tentang konsentrasi membaca anak dengan judul Peningkatan Konsentrasi Membaca Melalui Metode Kubaca pada Anak
Kelompok B TK Ainur Rochim Surabaya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah meningkatkan
konsentrasi membaca pada anak kelompok B di TK Ainur Rochim Surabaya?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan metode Kubaca mampu meningkatkan konsentrasi membaca pada
anak kelompok B di TK Ainur Rochim Surabaya.
D.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan
penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai
manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada lembaga pendidikan, terutama
lembaga pendidikan anak usia dini yang menginginkan anak didiknya mempunyai
kemampuan membaca yag baik sejak usia dini.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru : Memberikan masukan sebagai acuan guru
dalam menerapkan metode membaca dini yang tepat untuk anak didiknya.
b. Bagi anak : Dapat meningkatkan konsentasi membaca anak
dengan media Kartu Kubaca yang menyenangkan.
c. Bagi sekolah : Memberikan masukan kepada sekolah
sebagai pelaksana pendidikan anak supaya
dapat memberikan stimulasi membaca yang tepat sesuai tahap kemampuan anak.
|
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsentrasi
Menurut
Rory (2010:2)
konsentrasi adalah pemusatan pemikiran kepada suatu objek tertentu. Semua
kegiatan membutuhkan konsentrasi, dengan konsentrasi kegiatan tersebut dapat
dikerjakan dengan lebih cepat dan hasil yang diperoleh bisa menjadi lebih baik.
Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih.
Hornby
dan Siswoyo (1993:69) mendefinisikan konsentrasi (concentration) adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke
pekerjaannya atau aktivitasnya).
Sementara Tabrani dkk (1989:8) menjelaskan bahwa konsentrasi
dalam kaitannya dengan membaca adalah proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan pemusatan perhatian terhadap
obyek yang dibacanya.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah
pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan dan penggunaan pengetahuan. Oleh karena itu konsentrasi sangat dibutuhkan dalam
melakukan suatu tindakan agar hasil yang dicapai bisa maksimal dalam
sebuah objek tertentu.
Konsentrasi membaca adalah pemusatan perhatian dan pemikiran terhadap buku
sebagai obyek yang dibaca.
|
B.
Membaca
Membaca adalah salah satu
dari empat ketrampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak
dititikberatkan pada ketrampilan membaca daripada teori-teori membaca itu
sendiri. Dardjowidjojo (2003:301) kemudian menyebutkan bahwa
membaca hanya dapat dilakukan ketika anak
sudah memenuhi prasyarat-prasyarat
tertentu untuk berbicara. Prasyarat ini
antara lain: menguasai sistem fonologis (bunyi), sintaksis
(struktur kalimat), dan kemampuan semantik (kaitan makna antar kata).
Sementara
menurut Grainger (2003:185),
kesiapan untuk memulai pengajaran
membaca
tergantung pada kesadaran fonemis. Istilah ini meliputi banyak aspek kepekaan anak terhadap struktur
bunyi kata lisan, menentukan kemampuan
memetakan
bunyi ke simbol yang penting untuk membaca, menulis, dan mengeja. Faktor ini menjadi dasar untuk membedakan
kemampuan membaca
pada anak normal dan pembaca lemah.
Pernyataan
di atas memberi makna bahwa kematangan sangat berperan dalam menentukan waktu yang tepat
hingga anak dinyatakan siap untuk belajar
membaca.
Anak yang berada pada masa peka untuk belajar membaca akan dengan mudah menerima dan menanggapi
rangsangan yang diberikan padanya dalam
bentuk
huruf, suku kata, kata, atau kalimat. Anak pun akan cepat memberi respon tiap kali stimulus yang sama
muncul, dan sebagai hasilnya anak akan
menunjukkan
perubahan perilaku sebagai indikator keberhasilan proses belajarnya, yang dalam hal ini berarti
anak menguasai kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam membaca.
Grainger
(2003:185)
menyebutkan adanya tiga tahapan dalam proses
membaca.Tahap
pertama adalah tahap logografis, anak-anak menebak kata berdasarkan satu
atau sekelompok kecil huruf
sehingga tingkat diskriminasi sangat buruk. Kemudian setelah mendapat pengajaran, diskriminasi menjadi
lebih baik. Anak dapat membedakan kata
yang
sudah dan belum dikenal, namun mereka belum dapat membaca kata-kata yang belum dikenal. Strategi
membaca awal pada tahap logografis
secara umum tidak bersifat fonologis, tetapi lebih bersifat
pendekatan global atau visual
di mana pembaca awal mencoba mengidentifikasi kata secara keseluruhan berdasarkan ciri – ciri
yang bisa dikenali. Tahap kedua adalah
tahap
alfabetis, pada tahap ini pembaca
awal memperoleh lebih banyak pengetahuan
tentang bagaimana membagi kata-kata ke dalam fonem-fonem dan bagaimana merepresentasikan
bunyi-bunyi yang mereka baca dan eja
dengan
ortografi alfabet. Tahap ketiga dilalui ketika anak sudah lancar dalam proses dekoding. Anak pada tahap
ini mampu memecahkan kata-kata
yang beraturan dan tak beraturan dengan
menggunakan konteks.
Pengajaran
membaca permulaan di taman kanak-kanak
umumnya sudah dimulai
sejak awal tahun pertama. Anak-anak
diberi stimulasi berupa pengenalan
huruf-huruf
dalam alfabet. Praktik ini langsung disandingkan dengan
ketrampilan menulis, di mana anak diminta mengenal bentuk dan arah garis ketika menulis huruf. Metode
belajar membaca di taman kanak-kanak biasanya mendapat hambatan dalam
penerapannya. Metode ini diberikan sama
pada
setiap anak, dan materi ajaran umumnya hanya berasal dari buku penunjang. Jika melihat perbedaan
anak dalam gaya belajar, hal ini akan
kurang
memberi hasil yang optimal. Penanganan secara individual di kelas saat belajar membaca tidaklah
dimungkinkan, karena ketersediaan tenaga guru yang
terbatas. Untuk mengatasinya guru pun membagi anak dalam kelompok-kelompok kecil setiap harinya.
Abdurrahman
(2002:214)
mengemukakan adanya 2 kelompok metode pengajaran membaca, yaitu pengajaran membaca bagi
anak pada umumnya dan
metode pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan belajar. Metode membaca dasar pada umumnya
menggunakan pendekatan eklektik
yang menggabungkan berbagai prosedur untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan kata,
mengenal kata, pemahaman, dan kesenangan
membaca. Metode ini umumnya dilengkapi rangkaian buku yang disusun dari taraf sederhana
hingga taraf yang lebih sukar, sesuai
dengan
kemampuan atau tingkat kelas anak – anak.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang
produktif untuk dilakukan, mengingat membaca begitu penting untuk
dilaksanakan dalam kehidupan seorang
anak. Kegiatan
membaca sebagai upaya yang sangat bermanfaat bila anak-anak sejak dini sudah diajari untuk membaca, agar nantinya dapat terbiasa.
C. Metode Kubaca pada Anak
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasarn spiritual)
sosio emosional (sikap, perilaku, agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_
anak_usia_dini).
Dalam perkembangannya, seorang anak harus diajari
membaca dan menulis sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu diperlukan
sebuah cara atau metode mengajar membaca dan menulis yang benar-benar mudah
diterapkan pada anak dan anak menerima dengan baik dan senang tanpa paksaan.
Salah satu metode membaca yang sangat popular adalah metode cepat membaca Kubaca.
Pengertian Kubaca sebagaimana dijelaskan dalam situs
resminya www.kubacatama.com, Kubaca adalah metode yang mengajarkan membaca
dengan menggunakan kata secara utuh dan kata yang sering dipakai dalam
percakapan sehari-hari. Pada penelitian ini metode Kubaca diterapkan pada anak
kelompok B yaitu anak yang berusia antara 5 sampai 6 tahun. Dengan asumsi bahwa
anak kelompok B mampu dengan mudah mengenal huruf dan tulisan (kata) yang
terdapat di kartu Kubaca.
Jadi Kubaca langsung mengajari seorang anak membaca
kata, kemudian diajari menyusun kata menjadi kalimat. Lewat pembiasaan membaca
kata dan merangkaikannya menjadi kalimat yang baik dan benar, anak dapat lebih
mudah dan cepat dalam membaca. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran
membaca di sekolah pada umumnya, yang mengajarkan huruf alphabet atau suku kata
yang tidak bermakna. Kubaca tidak berniat memaksa anak dalam membaca. Karenanya
kegiatan membaca disampaikan secara menyenangkan dan bermakna melalui permainan,
nyanyian, dan aktivitas yang menyenangkan anak. Apalagi kegiatan membaca
didukung dengan lembar kerja dan buku yang dirancang khusus untuk usia balita,
ditambah alat peraga yang berwarna-warni. (Udinboyan, 2008, dalam
www.udinboyan.blogspot.com).
Metode Kubaca penting bagi anak-anak usia dini karena
ada beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu :
1.
Sebuah
metode yang mengajarkan anak membaca di usia 2,5 tahun
2.
Balita
dapat membaca kata yang diucapkan dalam pembicaraan sehari-hari dengan baik dan
benar
3.
Balita
dapat menyusun kata menjadi kalimat lengkap dengan susunan kaidah yang benar
4.
Lebih
cepat dapat membaca buku
5.
Membuat
anak lebih percaya diri karena meningkatkan prestasi
6.
Metode
pengajarannya sesuai dengan karakteristik anak-anak.
Metode Kubaca yang ditemukan dan
dikembangkan oleh Diah Litasari, S.Pd merupakan metode belajar membaca dan
menulis bagi anak-anak usia dini yang jauh lebih efisien dan efektif daripada
metode konvensional yang saat ini masih banyak dipakai di kelompok-kelompok
bermain maupun Taman Kanak-kanak. Sebagai sebuah inovasi yang lahir dari
kreativitas dan kerja keras anak bangsa.
Metode Kubaca dipijakkan pada pengenalan
kata utuh (whole words), bukan pada
pengenalan huruf. Dengan metode ini, melalui himpunan kata pilihan yang banyak
digunakan sehari-hari di rumah, anak-anak usia dini dapat langsung mengaitkan
tulisan dengan bunyi serta makna kata tersebut sekaligus. Sekaligus belajar mengingat apa yang telah dibacanya
karena dilakukan pengulangan secara terus menerus sampai anak hafal dan ingat
rangkaian huruf-hurufnya.
Dengan demikian,
anak-anak dapat dengan mudah belajar membaca dan kemudian menuliskan kembali
kata-kata yang dipelajarinya, karena mereka juga memaknai kata-kata dan
rangkaiannya dalam kalimat-kalimat sederhana. Dengan perangkat bantu yang dirancang secara menarik,
metode Kubaca
telah terbukti tidak saja efektif, namun juga menyenangkan (joyfull) sehingga juga meningkatkan
minat baca anak-anak usia dini. Hal ini penting, karena dunia anak-anak usia
dini adalah dunia bermain, sehingga belajar membaca tidak boleh merupakan
kegiatan yang dipaksakan, apalagi menakutkan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode
Kubaca adalah sebagai berikut :
1. Guru memegang lima Kartu
Kubaca
2. Guru membaca satu Kartu
Kubaca, kemudian ditirukan oleh anak
3. Guru membaca Kartu Kubaca
berikutnya, kemudian ditirukan oleh anak
4. Demikian seterusnya sampai
pada Kartu Kubaca yang kelima
5. Guru menunjukkan Kartu
Kubaca yang pertama pada anak tanpa membacanya terlebih dahulu
6. Jika anak belum mampu
membaca sendiri, maka langkah 2, 3, dan 4 diulangi kembali
7. Jika anak mampu membaca
tanpa dipandu oleh guru, berarti anak dianggap sudah mempunyai peningkatan
dalam membaca, dan seluruh proses pembelajaran telah selesai.
D. Hubungan Konsentrasi
Membaca dengan Metode Kubaca Berdasarkan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai metode
Kubaca dilakukan oleh Sitti Pratiwi (2010) dengan judul Implementasi
Pembelajaran dengan Metode Membaca Cepat Kubaca untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Awal (sebuah penelitian tindakan kelas di TK Pertiwi Bentangan Wonosari
Klaten kelompok B tahun ajaran 2009/2010). Penelitian ini dilakukan karena
masih masih banyak anak yang belum bisa membaca, sehingga peneliti berupaya
menelaah lebih jauh kendala-kendala yang dihadapi oleh anak dalam hal membaca
kemudian mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Penemuan penelitian
menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran membaca masih menggunakan metode
mengeja yang konvensional diterapkan oleh guru dan orang tua yang mengakibatkan
anak lambat membaca. Keterlambatan anak dalam membaca disebabkan karena metode
yang diajarkan tidak tepat sehingga kurang disukai anak. Yaitu anak mengeja
huruf demi huruf, menghafal huruf-huruf, kemudian menggabung antar huruf
menjadi suku kata, dan menggabungkan beberapa suku kata menjadi suatu kata. Oleh
karena itu diterapkan metode Kubaca untuk meningkatkan kemampuan membaca anak.
Peneliti menjelaskan bahwa
metode Kubaca bisa dilakukan dalam beberapa level, level 1 sampai level 3.
Level satu hanya sebatas mengenalkan kata-kata yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
seperti mama, makan, nasi, buah, dan sebagainya, yang terdiri dari sepuluh
kata. Pada level kedua, guru mengajarkan menghapal kata-kata dalam jumlah yang
lebih banyak, bisa dua puluh kata atau lebih. Pada level 3 anak diajari untuk
menggabungkan kata dengan kata, misalnya saya dan makan, dan sebagainya. Metode
Kubaca yang diterapkan dalam penelitian ini hanya terbatas pada level tahapan
ke 1, dimana anak diajarkn untuk membaca kalimat yang terdiri dari sepuluh
kata, logika berbahasa, dan pemahaman kalimat, dengan menggunakan media kartu
kata.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan diterapkannya metode membaca cepat Kubaca, memberikan pengaruh
yang signifikan dalam belajar membaca anak. Semangat membaca yang lebih baik,
kecepatan membaca dan mengenal huruf lebih cepat, dan pemahaman penyusunan
kalimat yang lebih tepat. Dengan metode Kubaca guru lebih mudah mengajarkan
anak tentang huruf dan kata yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun langkah-langkah
pelaksanaan metode Kubaca yang dilakukan oleh Sitti Pratiwi adalah :
1) Guru menyiapkan beberapa lembar kartu kata Kubaca yang
akan digunakan untuk proses pembelajaran.
2) Metode Kubaca dalam pelaksanaan penelitian ini
dilakukan hanya terbatas pada anak kelompok B.
3) Dalam tahap ini anak diajarkan membaca kalimat yang
terdiri atas sepuluh kata, logika berbahasa,
dan pemahaman kalimat.
4) Guru membaca satu kartu Kubaca kemudian ditirukan oleh
anak, diulangi dengan kartu berikutnya, sampai kartu Kubaca yang dipegang guru
habis.
5) Media yang digunakan adalah kartu Kubaca yang
bertuliskan kata-kata yang mudah dijumpai pada kehidupan sehari-hari, misalnya
saya, mama, papa, buku, nasi, dan sebagainya.
posted by wiwien lindarto
konsultan olah data & konsultan perpustakaan
083834917307
www.paytrenersdunia.com/wiwien-lindarto
sip sip sip
BalasHapusdaftar pustakanya mana ya
maaf, lupa
Hapusmaaf...boleh minta referensi buku yang digunakan???
BalasHapusmhn maaf, file udah lama banget dan lupa di external mana
Hapus