Rabu, 13 Juni 2012

Meningkatkan konsentrasi anak dengan metode Kubaca


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsentrasi membaca merupakan sebuah permasalahan yang umum dialami banyak orang, termasuk anak-anak. Saat membaca, pikiran sering kemana-mana yang mengakibatkan hilangnya konsentrasi saat membaca. Padahal konsentrasi sangat diperlukan saat membaca untuk mengetahui apa yang sedang dibaca dan apa tujuan membaca. Membaca mempunyai manfaat yang sangat banyak. Selain menambah pengetahuan, membaca mengajarkan anak sejak dini agar bisa membaca lebih cepat. Sebagian orang beranggapan terlalu dini untuk membacakan buku pada anak, hanya karena menganggap sang anak masih belum mengerti apa yang dibacakan untuknya. Padahal di sisi lain, para ahli menganjurkan pada setiap orangtua untuk mulai membacakan buku sejak sang anak masih balita bahkan masih di dalam kandungan. Hal yang sepertinya sepele ternyata sangat berguna bagi perkembangan anak serta menunjang kesuksesannya di masa depan.
Bagi anak yang sudah memasuki masa sekolah, manfaat membaca buku akan berguna untuk menumbuhkan minat bacanya, asalkan sang anak dilibatkan dalam proses membaca tersebut secara aktif. Di samping itu, membaca juga akan menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan daya imajinasi serta meningkatkan kreativitas sang anak, selain juga akan membantu mereka memahami tata bahasa dan struktur kalimat yang benar. Hal-hal tersebut akan sangat membantu mereka dalam masalah akademis di sekolah nantinya.
Flood dan Laap (1981:350) mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kemampuan membaca pada anak meliputi : tahap fantasi (magical stage), tahap pembentukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (bridging reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), dan tahap membaca lancar (independent reader stage).
Pada tahap fantasi, anak mulai menggunakan buku (membaca gambar), mulai berpikir bahwa buku ini penting, melihat atau membolak-balikkan dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama ini orang tua atau guru dapat menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, atau membicarakan buku pada anak. Pada tahap pembentukan konsep diri, diharapkan orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru hendaknya juga melibatkan anak dalam membaca berbagai buku. Pada tahap membaca gambar, orang tua dan guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dann puisi, juga memberikan kesempatan menulis pada anak sesering mungkin. Pada tahap pengenalan bacaan, orang tua dan guru masih harus membacakan sesuatu untuk anak-anak sehingga mendorong anak membaca berbagai situasi. Orang tua dan guru juga tidak boleh memaksa anak membaca huruf secara sempurna. Pada tahap kelima, tahap membaca lancar, orang tua dan guru tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini diharapkan mendorong anak agar dapat memperbaiki bacaannya. Membantu menyeleksi bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur. (Flood dan Laap, 1981:351-352).
Berdasarkan hasil observasi, saat ini anak-anak yang belajar di TK Ainur Rochim Surabaya, khususnya Kelompok B, dinilai masih banyak yang mempunyai kemampuan membaca yang rendah. Diketahui bahwa sebanyak 61,5% anak masih mempunyai kemampuan membaca yang kurang dan sangat kurang. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam membaca adalah konsentrasi yang kurang saat membaca. Anak-anak masih belum sepenuhnya memusatkan perhatiannya pada guru saat pembelajaran membaca. Tanda-tanda rendahnya konsentrasi membaca anak antara lain anak sibuk main dengan imajinasinya sendiri, anak tidak konsentrasi ketika proses pembelajaran, atau anak suka mengganggu temannya saat berlangsungnya pembelajaran.
Gambaran mengenai hasil penilaian kemampuan membaca anak  kelompok B TK Ainur Rochim Surabaya dapat penulis sajikan dengan lebih jelas seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.1.
Kemampuan Awal Membaca Kelompok B TK Ainur Rochim Surabaya

No
Responden (Siswa Kel. B)
Nilai
Keterangan
1
AA
K
KS = kurang sekali
2
AB
C
K   = kurang
3
AC
K
C   = cukup
4
AD
C
B   = baik
5
AE
K
BS = baik sekali
6
AF
K

7
AG
K
KS = 2  = 15,4%
8
AH
KS
K   = 6  = 46,1%
9
AI
B
C   = 3  = 23,1%
10
AJ
C
B   = 2  = 15,4%
11
AK
K

12
AL
B

13
AM
KS

Sumber : hasil observasi bulan Agustus 2011

Sesuai dengan hasil observasi sebagaimana tabel di atas, diketahui bahwa lebih dari 50% anak kelompok B TK Ainur Rochim mempunyai kemampuan membaca masih dibawah rata-rata. Terdapat 2 orang anak atau 15,4% dinilai kurang sekali, yaitu anak sama sekali tidak memperhatikan guru dan sibuk dengan imajinasinya sendiri. Terdapat 6 anak atau 46,1% anak dinilai kurang, yaitu anak duduk dengan baik tapi seringkali perhatiannya beralih pada teman lainnya, dan kadang-kadang suka mengganggu teman yang duduk di sampingnya.
Hasil observasi ini mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2010) yang melakukan penelitian terhadap anak Kelompok B TK Pertiwi Bentangan Wonosari Klaten Tahun Ajaran 2009/2010). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa hampir semua anak mempunyai kemampuan membaca yang sangat terbatas, sehingga peneliti mengusulkan untuk menerapkan “Metode Membaca Cepat Kubaca” untuk meningkatkan kemampuan membaca anak. Setelah penerapan metode ini, diketahui terjadi perubahan yang signifikan pada kemampuan membaca anak.
Metode Kubaca, sebagaimana hasil penelitian Pratiwi (2010), mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : 1) Adanya koordinasi antara mata dan mulut. Dengan adanya kontak mata secara langsung antara anak dan guru, akan membuat anak lebih terarah dan berkonsentrasi. 2) Melatih daya ingat anak. Anak tidak mudah melupakan apa yang telah dipelajarinya. 3) Mengajarkan lancar bicara. Dengan kata-kata sehari-hari yang diajarkan, anak akan merasa mudah mempelajari dan mengulanginya. 4) Memperbanyak perbendaharaan kata. Memperbanyak kata yang bisa diucapkan anak. 5) Membuat percaya diri. Mampu membuat anak lebih percaya diri karena merasa mudah dalam belajar. 6) Dapat menyusun kata menjadi kalimat yang benar dan bermakna. Misalnya saya minum susu. 7) Dapat membuat cerita dari 40 sampai 50 kata yang sering didengar dalam percakapan. Dari kata-kata yang diajarkan akan membuat anak lebih mudah hafal dan mengulangnya dalam bentuk cerita tentang kegiatan sehari-hari. 8) Memberi anak permulaan lebih awal untuk dapat menyerap ilmu pengetahuan melalui membaca.
Penerapan metode Kubaca ini diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar membaca. Konsentrasi anak yang dimaksud adalah anak tetap fokus pada proses pembelajaran, anak tidak berlarian atau main sendiri, dan bisa mengikuti kegiatan membaca sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru. Metode Kubaca ini dianggap lebih tepat diterapkan pada anak TK, khususnya kelompok B karena metode Kubaca tidak terstruktur seperti membaca dengan mengeja huruf per huruf, tetapi cukup dengan anak diajak untuk memahami dan menghafalkan huruf dan kata dengan bantuan kartu kata. Kubaca berpijak pada kesadaran akan kemajemukan kecerdasan anak, terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Mengacu pada keunggulan metode Kubaca dari hasil penelitian terdahulu dan mencermati kondisi kemampuan membaca anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas tentang konsentrasi membaca anak dengan judul Peningkatan Konsentrasi Membaca Melalui Metode Kubaca pada Anak Kelompok B TK Ainur Rochim Surabaya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah meningkatkan konsentrasi membaca pada anak kelompok B di TK Ainur Rochim Surabaya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode Kubaca mampu meningkatkan konsentrasi membaca pada anak kelompok B di TK Ainur Rochim Surabaya.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
1.      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan anak usia dini yang menginginkan anak didiknya mempunyai kemampuan membaca yag baik sejak usia dini.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi guru : Memberikan masukan sebagai acuan guru dalam menerapkan metode membaca dini yang tepat untuk anak didiknya.
b.      Bagi anak : Dapat meningkatkan konsentasi membaca anak dengan media Kartu Kubaca yang menyenangkan.
c.       Bagi sekolah : Memberikan masukan kepada sekolah sebagai  pelaksana pendidikan anak supaya dapat memberikan stimulasi membaca yang tepat sesuai tahap kemampuan anak.














 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsentrasi
Menurut Rory (2010:2) konsentrasi adalah pemusatan pemikiran kepada suatu objek tertentu. Semua kegiatan membutuhkan konsentrasi, dengan konsentrasi kegiatan tersebut dapat dikerjakan dengan lebih cepat dan hasil yang diperoleh bisa menjadi lebih baik. Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih.
Hornby dan Siswoyo (1993:69) mendefinisikan konsentrasi (concentration) adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya). Sementara Tabrani dkk (1989:8) menjelaskan bahwa konsentrasi dalam kaitannya dengan membaca adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan pemusatan perhatian terhadap obyek yang dibacanya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penggunaan pengetahuan. Oleh karena itu konsentrasi sangat dibutuhkan dalam melakukan suatu tindakan agar hasil yang dicapai bisa maksimal dalam sebuah objek tertentu. Konsentrasi membaca adalah pemusatan perhatian dan pemikiran terhadap buku sebagai obyek yang dibaca.


8
 
 
B. Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat ketrampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada ketrampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri. Dardjowidjojo (2003:301) kemudian menyebutkan bahwa membaca hanya dapat dilakukan ketika anak sudah memenuhi prasyarat-prasyarat tertentu untuk berbicara. Prasyarat ini antara lain: menguasai sistem fonologis (bunyi), sintaksis (struktur kalimat), dan kemampuan semantik (kaitan makna antar kata).
Sementara menurut Grainger (2003:185), kesiapan untuk memulai pengajaran membaca tergantung pada kesadaran fonemis. Istilah ini meliputi banyak aspek kepekaan anak terhadap struktur bunyi kata lisan, menentukan kemampuan memetakan bunyi ke simbol yang penting untuk membaca, menulis, dan mengeja. Faktor ini menjadi dasar untuk membedakan kemampuan membaca pada anak normal dan pembaca lemah.
Pernyataan di atas memberi makna bahwa kematangan sangat berperan dalam menentukan waktu yang tepat hingga anak dinyatakan siap untuk belajar membaca. Anak yang berada pada masa peka untuk belajar membaca akan dengan mudah menerima dan menanggapi rangsangan yang diberikan padanya dalam bentuk huruf, suku kata, kata, atau kalimat. Anak pun akan cepat memberi respon tiap kali stimulus yang sama muncul, dan sebagai hasilnya anak akan menunjukkan perubahan perilaku sebagai indikator keberhasilan proses belajarnya, yang dalam hal ini berarti anak menguasai kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam membaca.
Grainger (2003:185) menyebutkan adanya tiga tahapan dalam proses membaca.Tahap pertama adalah tahap logografis, anak-anak menebak kata berdasarkan satu atau sekelompok kecil huruf sehingga tingkat diskriminasi sangat buruk. Kemudian setelah mendapat pengajaran, diskriminasi menjadi lebih baik. Anak dapat membedakan kata yang sudah dan belum dikenal, namun mereka belum dapat membaca kata-kata yang belum dikenal. Strategi membaca awal pada tahap logografis secara umum tidak bersifat fonologis, tetapi lebih bersifat pendekatan global atau visual di mana pembaca awal mencoba mengidentifikasi kata secara keseluruhan berdasarkan ciri – ciri yang bisa dikenali. Tahap kedua adalah tahap alfabetis, pada tahap ini pembaca awal memperoleh lebih banyak pengetahuan tentang bagaimana membagi kata-kata ke dalam fonem-fonem dan bagaimana merepresentasikan bunyi-bunyi yang mereka baca dan eja dengan ortografi alfabet. Tahap ketiga dilalui ketika anak sudah lancar dalam proses dekoding. Anak pada tahap ini mampu memecahkan kata-kata yang beraturan dan tak beraturan dengan menggunakan konteks.
Pengajaran membaca permulaan di taman kanak-kanak umumnya sudah dimulai sejak awal tahun pertama. Anak-anak diberi stimulasi berupa pengenalan huruf-huruf dalam alfabet. Praktik ini langsung disandingkan dengan ketrampilan menulis, di mana anak diminta mengenal bentuk dan arah garis ketika menulis huruf. Metode belajar membaca di taman kanak-kanak biasanya mendapat hambatan dalam penerapannya. Metode ini diberikan sama pada setiap anak, dan materi ajaran umumnya hanya berasal dari buku penunjang. Jika melihat perbedaan anak dalam gaya belajar, hal ini akan kurang memberi hasil yang optimal. Penanganan secara individual di kelas saat belajar membaca tidaklah dimungkinkan, karena ketersediaan tenaga guru yang terbatas. Untuk mengatasinya guru pun membagi anak dalam kelompok-kelompok kecil setiap harinya.
Abdurrahman (2002:214) mengemukakan adanya 2 kelompok metode pengajaran membaca, yaitu pengajaran membaca bagi anak pada umumnya dan metode pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan belajar. Metode membaca dasar pada umumnya menggunakan pendekatan eklektik yang menggabungkan berbagai prosedur untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan kata, mengenal kata, pemahaman, dan kesenangan membaca. Metode ini umumnya dilengkapi rangkaian buku yang disusun dari taraf sederhana hingga taraf yang lebih sukar, sesuai dengan kemampuan atau tingkat kelas anak – anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang produktif  untuk dilakukan,  mengingat membaca begitu penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan seorang anak. Kegiatan membaca sebagai upaya yang sangat bermanfaat bila anak-anak sejak dini sudah diajari untuk membaca, agar nantinya dapat terbiasa.

C. Metode Kubaca pada Anak
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasarn spiritual) sosio emosional (sikap, perilaku, agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_ anak_usia_dini).
Dalam perkembangannya, seorang anak harus diajari membaca dan menulis sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah cara atau metode mengajar membaca dan menulis yang benar-benar mudah diterapkan pada anak dan anak menerima dengan baik dan senang tanpa paksaan. Salah satu metode membaca yang sangat popular adalah metode cepat membaca Kubaca.
Pengertian Kubaca sebagaimana dijelaskan dalam situs resminya www.kubacatama.com, Kubaca adalah metode yang mengajarkan membaca dengan menggunakan kata secara utuh dan kata yang sering dipakai dalam percakapan sehari-hari. Pada penelitian ini metode Kubaca diterapkan pada anak kelompok B yaitu anak yang berusia antara 5 sampai 6 tahun. Dengan asumsi bahwa anak kelompok B mampu dengan mudah mengenal huruf dan tulisan (kata) yang terdapat di kartu Kubaca.
Jadi Kubaca langsung mengajari seorang anak membaca kata, kemudian diajari menyusun kata menjadi kalimat. Lewat pembiasaan membaca kata dan merangkaikannya menjadi kalimat yang baik dan benar, anak dapat lebih mudah dan cepat dalam membaca. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran membaca di sekolah pada umumnya, yang mengajarkan huruf alphabet atau suku kata yang tidak bermakna. Kubaca tidak berniat memaksa anak dalam membaca. Karenanya kegiatan membaca disampaikan secara menyenangkan dan bermakna melalui permainan, nyanyian, dan aktivitas yang menyenangkan anak. Apalagi kegiatan membaca didukung dengan lembar kerja dan buku yang dirancang khusus untuk usia balita, ditambah alat peraga yang berwarna-warni. (Udinboyan, 2008, dalam www.udinboyan.blogspot.com).
Metode Kubaca penting bagi anak-anak usia dini karena ada beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu :
1.      Sebuah metode yang mengajarkan anak membaca di usia 2,5 tahun
2.      Balita dapat membaca kata yang diucapkan dalam pembicaraan sehari-hari dengan baik dan benar
3.      Balita dapat menyusun kata menjadi kalimat lengkap dengan susunan kaidah yang benar
4.      Lebih cepat dapat membaca buku
5.      Membuat anak lebih percaya diri karena meningkatkan prestasi
6.      Metode pengajarannya sesuai dengan karakteristik anak-anak.
Metode Kubaca yang ditemukan dan dikembangkan oleh Diah Litasari, S.Pd merupakan metode belajar membaca dan menulis bagi anak-anak usia dini yang jauh lebih efisien dan efektif daripada metode konvensional yang saat ini masih banyak dipakai di kelompok-kelompok bermain maupun Taman Kanak-kanak. Sebagai sebuah inovasi yang lahir dari kreativitas dan kerja keras anak bangsa.
Metode Kubaca dipijakkan pada pengenalan kata utuh (whole words), bukan pada pengenalan huruf. Dengan metode ini, melalui himpunan kata pilihan yang banyak digunakan sehari-hari di rumah, anak-anak usia dini dapat langsung mengaitkan tulisan dengan bunyi serta makna kata tersebut sekaligus. Sekaligus belajar mengingat apa yang telah dibacanya karena dilakukan pengulangan secara terus menerus sampai anak hafal dan ingat rangkaian huruf-hurufnya.
Dengan demikian, anak-anak dapat dengan mudah belajar membaca dan kemudian menuliskan kembali kata-kata yang dipelajarinya, karena mereka juga memaknai kata-kata dan rangkaiannya dalam kalimat-kalimat sederhana. Dengan perangkat bantu yang dirancang secara menarik, metode Kubaca telah terbukti tidak saja efektif, namun juga menyenangkan (joyfull) sehingga juga meningkatkan minat baca anak-anak usia dini. Hal ini penting, karena dunia anak-anak usia dini adalah dunia bermain, sehingga belajar membaca tidak boleh merupakan kegiatan yang dipaksakan, apalagi menakutkan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Kubaca adalah sebagai berikut :
1.      Guru memegang lima Kartu Kubaca
2.      Guru membaca satu Kartu Kubaca, kemudian ditirukan oleh anak
3.      Guru membaca Kartu Kubaca berikutnya, kemudian ditirukan oleh anak
4.      Demikian seterusnya sampai pada Kartu Kubaca yang kelima
5.      Guru menunjukkan Kartu Kubaca yang pertama pada anak tanpa membacanya terlebih dahulu
6.      Jika anak belum mampu membaca sendiri, maka langkah 2, 3, dan 4 diulangi kembali
7.      Jika anak mampu membaca tanpa dipandu oleh guru, berarti anak dianggap sudah mempunyai peningkatan dalam membaca, dan seluruh proses pembelajaran telah selesai.

D.  Hubungan Konsentrasi Membaca dengan Metode Kubaca Berdasarkan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai metode Kubaca dilakukan oleh Sitti Pratiwi (2010) dengan judul Implementasi Pembelajaran dengan Metode Membaca Cepat Kubaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Awal (sebuah penelitian tindakan kelas di TK Pertiwi Bentangan Wonosari Klaten kelompok B tahun ajaran 2009/2010). Penelitian ini dilakukan karena masih masih banyak anak yang belum bisa membaca, sehingga peneliti berupaya menelaah lebih jauh kendala-kendala yang dihadapi oleh anak dalam hal membaca kemudian mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Penemuan penelitian menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran membaca masih menggunakan metode mengeja yang konvensional diterapkan oleh guru dan orang tua yang mengakibatkan anak lambat membaca. Keterlambatan anak dalam membaca disebabkan karena metode yang diajarkan tidak tepat sehingga kurang disukai anak. Yaitu anak mengeja huruf demi huruf, menghafal huruf-huruf, kemudian menggabung antar huruf menjadi suku kata, dan menggabungkan beberapa suku kata menjadi suatu kata. Oleh karena itu diterapkan metode Kubaca untuk meningkatkan kemampuan membaca anak.
Peneliti menjelaskan bahwa metode Kubaca bisa dilakukan dalam beberapa level, level 1 sampai level 3. Level satu hanya sebatas mengenalkan kata-kata yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti mama, makan, nasi, buah, dan sebagainya, yang terdiri dari sepuluh kata. Pada level kedua, guru mengajarkan menghapal kata-kata dalam jumlah yang lebih banyak, bisa dua puluh kata atau lebih. Pada level 3 anak diajari untuk menggabungkan kata dengan kata, misalnya saya dan makan, dan sebagainya. Metode Kubaca yang diterapkan dalam penelitian ini hanya terbatas pada level tahapan ke 1, dimana anak diajarkn untuk membaca kalimat yang terdiri dari sepuluh kata, logika berbahasa, dan pemahaman kalimat, dengan menggunakan media kartu kata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya metode membaca cepat Kubaca, memberikan pengaruh yang signifikan dalam belajar membaca anak. Semangat membaca yang lebih baik, kecepatan membaca dan mengenal huruf lebih cepat, dan pemahaman penyusunan kalimat yang lebih tepat. Dengan metode Kubaca guru lebih mudah mengajarkan anak tentang huruf dan kata yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode Kubaca yang dilakukan oleh Sitti Pratiwi adalah :
1)      Guru menyiapkan beberapa lembar kartu kata Kubaca yang akan digunakan untuk proses pembelajaran.
2)      Metode Kubaca dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan hanya terbatas pada anak kelompok B.
3)      Dalam tahap ini anak diajarkan membaca kalimat yang terdiri atas sepuluh kata,  logika  berbahasa,  dan  pemahaman  kalimat.
4)      Guru membaca satu kartu Kubaca kemudian ditirukan oleh anak, diulangi dengan kartu berikutnya, sampai kartu Kubaca yang dipegang guru habis.
5)      Media yang digunakan adalah kartu Kubaca yang bertuliskan kata-kata yang mudah dijumpai pada kehidupan sehari-hari, misalnya saya, mama, papa, buku, nasi, dan sebagainya.

posted by wiwien lindarto
konsultan olah data & konsultan perpustakaan
083834917307

www.paytrenersdunia.com/wiwien-lindarto

4 komentar: